Uncategorized

Prof “P” makin Ambyar, Dulu sempat disebut dalam HoaX “KomNas HAM” kini tercyduk Pemain di UPP (Universitas Pasar Pramuka)

Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes

Sebelum diulas lebih detail “siapa” sebenarnya yang dimaksud dengan Profesor “P” ini, perlu ditegaskan dulu bahwa yang dimaksud saat ini bukan (baca: belum ?) Profesor Dr. Pratikno, M.Soc.Sc yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) ke-14, periode 16/07/2012 – 24/11/2014 karena saya kemarin banyak mendapat Japri yang menanyakan detail identitas Profesor “P” dalan tulisan sebelumnya.

Karena kalau mantan Rektor UGM yang ini sekarang selain sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Indonesia ke-19 semenjak 21/10/2024 sebenarnya juga masih menjabat sebagai Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM yang memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan strategis di UGM, termasuk dalam pemilihan rektor. Misalnya, ia melantik Prof. Dr. dr Ova Emilia, SpOG sebagai Rektor UGM periode 2022-2027. 

Jadi meski posisinya sangat strategis, menentukan dan berpengaruh besar pada kampus yang dulu dikenal sebagai “Kampus Biru” berdasarkan Novel “Cintaku di Kampus Biru” karya Drs Ashadi Siregar tahun 1974 dan difilmkan 1976 (disutradarai oleh Ami Prijono dan dibintangi Roy Marten, Rae Sita dan Yati Octavia) Namun sekalilagi belum Prof Pratik yang akan dibahas mendalam di tulisan kali ini, meski tidak menutup kemungkinan pada saatnya akan dibahas juga di kemudian hari.

Kembali kepada Prof “P” yang dimaksud sebenarnya adalah Profesor Paiman Rahardjo Dwidjonegoro, Rektor Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama semenjak 31/05/2022 dan Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia (WaMenDes PDTT) ke-2 periode 17/07/2023 – 20/10/2024 menggantikan Budi Arie Setiadi (BAS) pejabat sebelumnya yang naik menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) ke-7 yang disebut-sebut dalam masalah Korupsi PDNs (Pusat Data Nasional sementara) dan Persidangan Kasus Judi Online.

Perlu diingat pergantian WaMenDes PDTT ini sangat terasa kental sekali nuansa politik “bagi-bagi jatah jabatan relawan” di era JkW, karena sebelumnya BAS adalah Ketua Relawan ProJOL dan Prof “P” adalah Ketua Relawan “Sedulur JkW”, sebuah contoh yang sangat tidak baik untuk penentuan pejabat publik di Indonesia karena ditunjuk hanya berdasarkan “like and dislike” tanpa melalui proses meritokrasi seharusnya. Inilah contoh warisan buruk Rezim JkW yang diwariskan di Era Prabowo dsn termasuk membuat #IndonesiaGelap sampai saat ini.

Kalau sekarang nama Prof “P” ini sedang Viral banyak disebut di kasus Ijazah Palsu kaitannya dengan “Universitas Pasar Pramuka” (UPP), sebenarnya kalau ditelisik kebelakang, keterlibatannya sudah ada semenjak sekitar sebulan lalu saat para Youtuber Anggota “Ceboker Nusantara” ramai-ramai (diperintah Junjungannya ?), maklum karena mereka semua adalah TerMul alias Ternak Mulyono, untuk mengunggah HoaX alias Kabar Bohong “Penolakan KomNas HAM” yang menampilkan Wawancara dengan Prof “P” ini.

Dalam klaim palsu selaku “Anggota KomNas HAM” itu, Prof “P” dengan komentar miringnya menegasikan Upaya Ilmiah Pelaporan sebelumnya, dengan bicara seolah-olah dia adalah Anggota KomNas HAM (?), padahal sangat jelas tidak ada rekam jejak sedikitpun keterkaitannya. HoaX yang sangat dungu ini diposting antara lain oleh Khaeryn Imam, Delegasi TV, PakDe Sindiran Sindirun, Dimas Jaya Putra, Simon _John Official, Brojomusti, TV Sedulur, Van Samayawa, Indojos, dan Ujang Syarif. Sekalilagi gerombolan ini memang dikenal sebagai Penyebar HoaX dan selalu bernarasi HateSpeech, maklum (kata Netizen +62) IQ mereka hanya serendah 58.

Konyolnya sudah sebulan lebih tayang, tidak ada sedikitpun klarifikasi atau keberatan bahkan bantahan dari Prof “P” ini untuk setidaknya menolak diposisikan selaku Anggota KomNas HAM tersebut. Dengan kata lain tidak mungkin dia tidak tahu, karena dI kasus sekarang, dia reaktif dan cepat sekali membuat klarifikasi (soal WA-nya yang Intimidatif kepada saya, meski akhirnya Minta maaf dan Keterlibatannya dalam kasus Ijazah Palsu yang dibuat di UPP). Namun -sebagaimana sudah diulas di tulisan sebelumnya- justru “Video klarifikasi” yang dibuat Prof “P” malah seperti membuka Kotak Pandora yang membuat kasus Ijazah Palsu semakin terbongkar dan tidak bisa ditutup-tutupi lagi.

Sebagaimana disampaikan secara langsung oleh Kol (Pur) TNI Sri Radjasa Chandra (SRC) MBA saat diwawancara Video oleh Host Wartawan Senior Hersubeno Arief dari FNN yang bisa dilihat di youtu.be/LttTUmMWFYI setelah dilakukan Elisitasi (Proses pengumpulan informasi dengan cara yang tidak mencolok atau tidak disadari, khas Intelijen), Wawancara dan Verifikasi ilang, didapatkan bahwa Prof “P” jelas terkonfirmasi aktif di UPP tahun 1997-2017, bukan hanya sampai 2002 seperti pengakuannya. Jadi ini sinkron dengan apa yang disampaikan oleh Beathor Suryadi soal Ijazah Palsu JkW tahun 2012 sebelumnya.

Kesimpulannya, Penegasan Pengamat Intelijen dalam wawancara langsung diatas kembali menegaskan keterlibatan Prof “P” dalam kasus Ijazah Palsu JkW ini, apalagi dalam Analisis Intelijennya, kepanikan seseirang sampai mengirimkan Pesan WA, mengintimidasi, membuat pengakuan “pasrah” dan mengaburkan tahun kegiatannya serta menunjuk saudaranya sendiri sebagai “saksi” untuk diawawancara jelas merupakan indikasi kebohongan yang berusaha ditutup-tutupi. At last but not least, Makin jelas tercyduk di kasus Ijazah Palsu JkW ini, seharusnya Prof “P” di UPP jujur saja seperti Pak Ir Kasmudjo di UGM sehingga tidak perlu berlama-lama menunggu #AdiliJokowi dan #MakzulkanFufufafa ….

)* Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI dan OCB Independen – Jakarta, Minggu 29 Juni 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button