ARM: SELAMAT ULANG TAHUN, SEMOGA PANJANG PERJUANGAN

Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H. (Advokat)
Jakarta, 24 Oktober 2025
Kamis kemarin (23/10), Bu Menuk Wulandari selaku Komandan Aliansi Rakyat Menggugat (ARM), memberikan kabar ARM ulang tahun yang ke-4. Melalui selebrasi sederhana, ARM akan merayakan 4 tahun perjuangannya “ngaspal di jalanan” Jum’at ini (24/10). Qadarullah, penulis hari ini ada amanah menjadi Khatib Jum’at di Masjid Jami’ Al Ikhlas, Cilincing, Jakarta Utara, sehingga tidak bisa membersamai.
Istilah “Ngaspal di Jalanan” adalah frasa untuk menjelaskan aksi memperjuangkan nasib rakyat melalui penyampaian pendapat dimuka umum (baca: demo). Urusan demo, aktivis di ARM nampaknya memang jagonya.
Penulis sendiri, beberapa kali bersinergi dengan ARM, seperti saat penulis mengajukan gugatan perdata di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas kezaliman proyek PIK-2 milik Aguan dan Anthoni Salim. Saat itu, ARM menjadi salah satu penggugat prinsipal, bersama dengan Forum Purnawirawan Pejuang Indonesia (FPPPI) yang dipimpin Kolonel Purn Sugeng Waras.
Dalam banyak aksi lapangan, juga aksi ‘Geruduk Pejabat’, penulis sering bersinergi. Seperti mendatangi pejabat KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dalam kasus pagar laut, hingga ke Ombudsman Republik Indonesia (ORI).
Termasuk, aktivis ARM ini yang setia mendampingi sidang Charlie Chandra. Tanpa kehadiran tim ARM, semangat perlawanan kurang garang di persidangan.
Dalam rangka mensyukuri 4 tahun kiprah ARM, penulis ingin menyampaikan selamat ulang tahun dan doa ‘semoga panjang perjuangan’. Kenapa doa panjang perjuangan dipanjatkan?
Karena hari ini, boleh jadi sudah banyak organisasi dan tokoh yang umurnya amat panjang, tapi kiprah perjuangannya tak dirasakan rakyat. Usia perjuangannya sangat pendek, bahkan boleh dikatakan perjuangannya ‘sudah mati’, walau organisasi dan tokohnya masih hidup.
Makna dari panjang perjuangan adalah panjang kiprah dan semangatnya, untuk selalu menegakkan kebenaran, keadilan, melawan kebatilan dan kezaliman, serta Istiqomah (konsisten) menapaki jalan perjuangan. Karena tak jarang, banyak yang menempuh jalan perjuangan demi uang. Sehingga, perjuangannya sangat mudah ‘disembelih’ dan dihabisi oleh uang.
Teriakannya tak lagi Lantang, karena mulutnya telah disumpal dengan uang. Bahkan, sejak awal teriakan itu dikumandangkan dalam rangka untuk menyeru sumpalan uang.
Istiqomah itu penting. Karena baiknya amal itu ditentukan pada ujungnya. Tidak sedikit, sejumlah tokoh telah menorehkan legacy hidup sebagai pejuang, tapi menjelang usia senja, justru komitmennya berubah. Mereka menjadi pengecut dan membohongi diri mereka sendiri, buang badan dan lari dari tanggungjawab perjuangan.
Lagipula, kasihan rakyat. Jika yang tampil, selalu tokoh yang diharapkan, tapi diujungnya mengecewakan. Rakyat selalu dikecewakan oleh dua pihak sekaligus: oleh penguasa dan tokoh yang mengkritik kekuasan.
Rakyat hanya dijadikan komoditi para petualang politik, untuk meraih kekuasaan, atau mendapat bagian dari remah remah dari sekerat tulang dunia yang tidak mengenyangkan. Miris.
Sekali lagi, selamat kepada Bu Menuk, Ustadz Raja, Mas Bayu, Bu Tita, Bu Susi, Bu Desi, Bu Esa, dll, pokoknya seluruh Aktivis ARM. Semoga, panjang perjuangan…..




