Opini

DEKLARASI PERJUANGAN HINGGA TITIK DARAH PENGHABISAN

[Catatan Reportase Deklarasi Perjuangan Gedung Juang DHN 45]

Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat

Koordinator Non Litigasi Tim Advokasi Anti Kriminalisasi Akademisi dan Aktivis

Alhamdulillah, pada Rabu (23/7), agenda Deklarasi Perjuangan Menolak Kriminalisasi Akademisi dan Aktivis, sekaligus Melawan Kezaliman Rezim Jokowi telah sukses digelar. Sejumlah tokoh & Aktivis, hadir memadati aula Gedung Juang.

Para tokoh yang hadir, telah berkenan menyampaikan pandangan sekaligus menyemangati para pejuang kebenaran dan kejujuran, untuk melawan rezim pembohong dan culas. Meski sebagiannya, juga menyampaikan udzur tidak bisa turut hadir.

Bapak Jenderal TNI Purn Tyasno Sudarto malam hari menjelang acara, menelpon penulis dua kali namun tak terangkat. Paginya, beliau kembali menghubungi dan menyampaikan sejumlah pesan:

Pertama, beliau mendukung penuh acara deklarasi perjuangan yang diadakan.

Kedua, beliau meminta maaf dan menitipkan salam, karena beliau ada agenda lain di Yogyakarta.

Ketiga, beliau menegaskan alat negara terutama institusi kepolisian, tidak boleh disalahgunakan untuk kepentingan politik, apalagi digunakan untuk mengkriminalisasi pada akademi dan aktivis.

Keempat, beliau mendukung penuh perjuangan akademisi dan aktivis, untuk membongkar kebohongan dan keculasan, untuk menyelamatkan bangsa Indonesia.

Sesuai amanah, pesan beliau sudah penulis sampaikan pada saat sambutan dalam acara. Dalam kesempatan tersebut, penulis juga menegaskan dengan munculnya 12 TERLAPOR dari laporan Saudara JOKO WIDODO, maka ini sama saja Saudara JOKO WIDODO telah mengumumkan perang semesta, perang bubat melawan rakyat Indonesia. Karena itu, rakyat harus siap menyatakan menerima tantangan perang ini.

Sejumlah terlapor, yang esensinya adalah pejuang, hadir menyampaikan pandangan dan semangat perjuangan. Diawali oleh HM Rizal Fadilah, SH, Dr Roy Suryo Notodiprojo, dr Tifauzia Tyassuma, Kurnia Tri Royani, SH, Dr Abraham Samad, Mikhael Benyamin Sinaga dan Rustam Efendi.

Sementara itu, Dr Rismon Sianipar, Damai Hari Lubis, SH MH, Dr Eggi Sudjana, Nurdian Noviansyah Susilo dan Ali Ridho alias Aldo Husein, berhalangan hadir.

Sejumlah tokoh juga terlihat hadir dan menyampaikan pesan-pesan perjuangan. Ada Budayawan Erros Djarot, Mayjend TNI Purn Syamsu Djalal, Mayjend TNI Purn Soenarko, Brigjen TNI Purn Purnomo Hidayat, Dr Muhammad Said Didu, Dr Marwan Batubara, Ust Eka Jaya (Ormas Pejabat), Merry Samiri (KNPRI), dan masih banyak lagi.

Dalam acara, juga hadir sejumlah elemen aktivis. Ada Barisan Perempuan Puan, dan tentu saja ada Aliansi Rakyat Menggugat (ARM). ARM banyak membantu di kepanitiaan, hingga acara sukses terselenggara.

Adapun tim Advokasi, hadir Bang Meidy Juniarto, Bang Petrus Selestinus, Bang Jahmada Girsang (pembaca Deklarasi), Bang Juju Purwantoro, Bang Azam Khan, Bang Muhammad Syamsir Djalil, Bang Baharu Zaman, Bu Susiasih, dan yang lainnya.

Acara begitu semarak. Banyak yang hadir, dan turut membersamai agenda.

Terima kasih kepada Bu Menuk Wulandari, yang telah mencukupi kebutuhan konsumsi acara, dengan dukungan squad ARM nya. Semoga, Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik.

Termasuk terima kasih kepada Dr Hilda, yang telah mendukung acara. Namun, berhalangan hadir karena ada agenda keluarga.

Tentu saja, terimakasih kepada semua tamu undangan, pada tokoh dan aktivis yang telah hadir dalam agenda. Kehadiran dalam agenda tersebut, mengkonfirmasi para pejuang yang saat ini menjadi TERLAPOR, tidak berjuang sendiri. Kita semua, akan selalu aktif membersamai. Insyaallah.

Sejumlah tokoh yang terlibat hadir, ada Pak Doni dari FTA (Forum Tanah Air), ada Kolonel TNI Purn M. Nur Saman dari FPPI (Forum Purnawirawan Pejuang Indonesia), ada Bunda Wati dari Aspirasi, ada banyak lagi. Mohon maaf, jika penulis lupa menyebutkan satu per satu.

Ada kutipan pidato dari Pak Abraham Samad yang wajib kita jadikan perhatian. Yakni, adanya indikasi untuk melemahkan perjuangan dengan ditariknya Pak Abraham Samad yang notabene mantan Pimpinan KPK, sebagai terlapor dalam perkara ini.

Seolah ingin memberikan pesan:

“Berhentilah kalian melawan, jangan bersuara dan melawan kebohongan, karena mantan Ketua KPK saja bisa kami Kriminalisasi, apalagi kalian….”

Pak Abraham Samad tegas menyatakan, bahwa dirinya akan berjuang hingga titik darah penghabisan. Beliau juga menghimbau, agar para youtuber, podcaster, tidak takut untuk terus menyuarakan kejujuran dan kebenaran.

Subhanallah, merinding penulis menyimak orasi Pak Abraham Samad. Sebuah ungkapan yang menggugah kesadaran dan membangkitkan semangat.

Menggugah kesadaran, bahwa negeri ini milik segenap rakyat Indonesia. Bukan milik Jokowi dan geng Solo. Sehingga, segenap rakyat Indonesia harus berjuang, menyuarakan kebenaran dan kejujuran.

Membangkitkan semangat, bahwa kejujuran dan kebenaran tidak boleh diam. Sebaliknya, kebohongan dan keculasan tidak boleh terus dibiarkan, berkoar-koar memenuhi ruang publik, dan menjadi pengklaim nilai-nilai kebenaran.

Sesuai dengan ayat suci Al-Qur’an, yang telah menyatakan:

“Sesungguhnya kebenaran telah datang, al batil akan sirna”

(Al-Isra: 81)

Mari, terus menyuarakan kebenaran. Mari, terus tuntut bongkar ijazah palsu sebagai simbol kebohongan dan keculasan. Dengan mendatangkan Al Haq, menghadirkan kejujuran dan kebenaran, maka Al Batil, seluruh kebohongan dan keculasan pasti akan sirna.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button