Opini

Dirgahayu Penjajahan Bangsa

Oleh : Yusuf Blegur

Bekasi, 17 Agustus 2025

Hanya bangsa yang terjajah yang sanggup menikmati kemerdekaan tanpa kesadaran makna dan kesadaran kritis

Jika kalian, kalian para pendiri dan pahlawan bangsa bisa kembali. Jika bisa, kembali dan bersegeralah.

Datang dan lihatlah, rasakan negeri yang susah payah kalian perjuangkan. Negeri yang segenap hati kalian lahirkan, dengan jiwa yang suci lebih dari sekedar darah dan nyawa.

Kami merindukan kalian, kami membutuhkan kalian. Hadirlah walau hanya sekejap, kunjungi kami biar bisa berbagi nestapa ini. Kami tercabik-cabik, kami meronta dalam tangis dan kesedihan panjang.

Kalian mungkin menganggap kami dungu, karena menghancurkan mimpi dan harapan kalian untuk cita-cita besar dan mulia. Kalian berpikir kami begitu bodoh karena melepas kemerdekaan yang sangat berarti bagi kami.

Maafkan kami para pendiri dan pahlawan bangsa. Mungkin kalian kecewa, kini kami dalam genggaman angkara murka. Kami sudah terlalu dalam, membiarkan ketamakan dan keserakahan menguasai kami.

Kami hanya punya rasa takut dan cemas, kami hanya bisa lari dan menghindar dari tanggungjawab kami sebagai generasi penerus. Kami menyambut kembali penjajahan itu yang dulu kalian usir dan tentang. Kami durhaka, melupakan sejarah dan mengabaikan petuah nasionalisme dan patriotisme yang kalian ajarkan.

Maafkan jiwa-jiwa pengecut kami, wahai para pendiri dan pahlawan bangsa. Kami telah menjual idealisme kami kepada kolonialisme. Kami sunguh pecundang, pengkhianat dan pendosa.

Kami larut dalam hiburan dan keceriaan sesaat, bagai anak kecil bahagia mendapat oleh-oleh sekantung makanan dan mainan. Miris memang, rutinitas perayaan kemerdekaan dalam aneka lomba 17-an, yang menjadi tradisi dalam ironi.

Maafkan kami para pendiri dan pahlawan bangsa. Kami gagal memelihara, merawat dan menumbuhkan tanaman kemerdekaan hingga berbuah kemakmuran dan keadilan bangsa.

Kami menolak rahmat Allah Yang Maha Kuasa dalam bentuk kemerdekaan melalui perjuangan kalian para pendiri dan pahlawan bangsa. Kami lalai mununaikan amanat mengadirkan kesejanteraan umum dan ikut menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia.

Maafkan kami para pendiri dan pahlawan bangsa. 80 Tahun kami berada dalam kemerdekaan semu, tanpa makna dan kesadaran jiwa.
Kami tak ubahnya terus menerus merayakan kemerdekaan saban tahun, seraya menyampaikan ucapan dan pesan dirgahayu penjajahan bangsa.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button