FORJI (Forsi Mengaji): Kepemimpinan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam Dalam Dinamika Ekonomi Dan Negara

Yogyakarta, 30 September 2025
Syiar Forsi Himmpas Indonesia menggelar Forsi Mengaji (FORJI) bertema “Keteladanan Kepemimpinan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dalam Menghadapi Dinamika Ekonomi dan Tata Kelola Negara: Inspirasi Menuju Indonesia Emas” secara daring melalui Zoom Meeting, Senin (29/9/2025). Lebih dari seratus peserta dari berbagai kampus se-Indonesia mengikuti kegiatan ini.

Acara dibuka oleh Aminuddin, M.E., Ketua Syiar Forsi Himmpas Indonesia. Selanjutnya, sesi diskusi dipantik oleh Tanzilal Wanda Rizki, M.Pd, Ketua Forsi Himmpas Indonesia, yang menegaskan pentingnya menghidupkan nilai kepemimpinan Rasulullah SAW dalam menghadapi tantangan zaman.
Dua narasumber utama hadir: Prof. Ahmad Wira, M.Ag., M.Si., Ph.D, CRP (Direktur pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang) membahas perspektif ekonomi Islam, menegaskan bahwa fondasi ekonomi Islam berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah dengan tujuan utama falah (kesejahteraan dunia dan akhirat). Beliau menyoroti pentingnya distribusi kekayaan yang adil melalui zakat, infak, dan wakaf, sekaligus menolak praktik riba, gharar, dan maysir yang merusak keadilan ekonomi.

Menurutnya, keteladanan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dalam ekonomi dan kepemimpinan tercermin dari kejujuran, amanah, kepedulian terhadap masyarakat kecil, musyawarah dalam pengambilan keputusan, serta penegakan hukum yang adil. Nilai-nilai ini, jika dihidupkan kembali, dapat menjadi fondasi bagi terwujudnya Indonesia Emas yang adil, makmur, dan bermartabat.
Alfath Bagus Panuntun El Nur Indonesia, S.I.P., M.A. (Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada) membahas perspektif tata kelola negara dengan menekankan pentingnya memegang prinsip-prinsip keteladanan Nabi Muhammad, yaitu Siddiq (berpegang pada kebenaran dan tidak berbohong), Amanah (bertanggung jawab terhadap kepercayaan dan tugas yang diemban), Tabligh (Komunikatif,menjunjung tinggi keterbukaan, musyawarah, dan transparansi dalam kepemimpinan), serta Fathonah (menggunakan kecerdasan dalam merumuskan kebijakan dan membangun tata kelola negara). Prinsip-prinsip tersebut harus disertai dengan penegakan asas keadilan hukum dan penerapan inklusivitas dalam membangun masyarakat madani, yang pada akhirnya bermuara pada tata kelola negara yang baik dan terwujudnya Indonesia Emas. Beliau juga merelevansikan hal ini dengan kondisi aktual bangsa, di mana krisis moralitas, kekacauan ekonomi negara, lemahnya tata kelola, tingginya praktik korupsi, kriminalitas dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat masih menjadi tantangan serius.
Diskusi semakin dinamis dengan hadirnya penanggap dari berbagai kampus, di antaranya Himmpas UIN Sunan Kalijaga, Kamil Pascasarjana ITB, Kipasca UNDIP, Himmpas UGM, Himmpas IPB, Himmpas UI, Kommpas UNPAD, Himmpas UNY, Himmpas UPI, dan Himmpas Universitas Negeri Malang. Para penanggap memberikan refleksi kritis sekaligus mengaitkan nilai kepemimpinan Nabi dengan konteks sosial-ekonomi dan politik Indonesia saat ini.
Kegiatan FORJI 2025 ditutup dengan optimisme bahwa nilai kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sangat relevan sebagai inspirasi perubahan menuju Indonesia Emas yang adil, makmur, dan bermartabat.