JIKA PRABOWO SERIUS : TANGKAP GIBRAN DAN JOKOWI

Oleh : M Rizal Fadillah ( Pemerhati Politik Dan Kebangsaan )
Bandung, 8 September 2025
Dalam pidato menanggapi berbagai aksi anarki akhir agustus kemarin Prabowo menyebut gerakan itu merupakan demo yang mengarah makar dan terorisme. Meski dinilai berlebihan, apalagi ada isu akan diberlakukan darurat militer, namun pernyataan itu menarik. Utamanya harus ada tindak lanjut untuk membongkar kasus atau tragedi tersebut.
Muncul tayangan manuver Gibran antara lain mendatangi demonstran entah dimana dan menerima delegasi ojol yang ternyata terindikasi palsu atau buatan. Ada kesan Gibran ingin menunjukkan peran komando bahkan pengambilalihan. Solo bermainkah ?
Permainan menjadi di luar skenario setelah Affan Kurniawan tertabrak dan terlindas rantis Brimob. Ada gerakan murni ojol dan mahasiswa.
Untuk terorisme mungkin karena terjadi huru hara, pembakaran, bahkan penjarahan. Teroris adalah mereka yang mendisain teror-teror tersebut. Pertanyaan serius siapa dalang teror ? Bisa Anarko, BAIS, BIN, Polisi, Chalid, atau lainnya. Asing versi Hendro sementara dikesampingkan. Bila jaringan itu terhubung dengan kekuasaan diprediksi sulit untuk terusut.
Lalu siapa yang makar, ingin menggulingkan pemerintahan lalu berkuasa secara otoritatif ?
Indikasi awal setelah ada manuver Gibran adalah ungkapan kader PSI yang mengarah pada upaya pelengseran Prabowo. Pasca abolisi amnesti Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto, Presiden Prabowo “dimusuhi” dan dinilai telah mengecewakan keluarga Jokowi.
Arah gerakan makar dengan tertuduh famili Jokowi dan PSI “Jokowisme” ditentukan oleh pengusutan serius pihak Kepolisian. Artinya perintah Prabowo harus dikeluarkan. Kapolri Listyo Sigit mesti berani mengusut kemungkinan Jokowi dan Gibran sebagai dalang. Jika tidak melaksanakan, maka kesempatan bagus Prabowo untuk memecatnya. Terlalu kuat dan besar sorotan kepada Listyo Sigit yang dianggap sebagai tangan dari Joko Widodo.
Jokowi Gibran adalah potensi terbesar dalang itu. Bukan ingin jatuhkan Prabowo tetapi melumpuhkan Prabowo sekaligus meneguhkan posisi Gibran. Status Wapres aman dan tetap dalam jaminan. Goyangan serius purnawirawan TNI makzulkan Jokowi dan pembentukan Sekber Adili Jokowi Makzulkan Gibran menambah gelisah dan gemetar kubu Joko Soloensis.
Joko Soloensis berupaya menekan Prabowo lewat Xi Jinping China. Terbilang tiga momen strategis untuk itu. Pertama, dahulu 1 April 2024 saat akhir Prabowo sebagai Menhan “menghadap” Xi Jinping sebelum 22 April 2024 diputus menang dalam sidang gugatan Pilpres MK. Kedua, pada tanggal 9 November 2024 Prabowo yang “melapor” kepada Jinping telah dilantik 20 Oktober 2024, dan ketiga kemarin saat “memaksakan hadir” di acara defile pasukan China 3 September 2025. Prabowo berdiri berjajar dengan tiga kepala negara komunis Xi Jinping, Kim Jong Un, dan Vladimir Putin.
Teringat 60 tahun lalu bulan September 1965 ketika pemerintah Indonesia begitu akrab dengan negara komunis sebelum meletus gerakan pengkhianatan PKI tanggal 30 September.
Kekacauan 25, 28-29 Agustus 2025 yang berlanjut 3 September 2025 pertemuan Prabowo dengan Xi Jinping mengingatkan trauma lama.
Adakah gerakan Joko Soloensis menjadi sinyal operasi politik menghalalkan segala cara ala komunis atau PKI ? Kini tergantung Prabowo untuk menangani, akankah tunduk dan terkendali, berkompromi, atau berani mandiri ? Dependen pada Xi Jinping-Jokowi atau merdeka sebagai Presiden Republik Indonesia ? Prabowo politisi atau Prabowo yang berdarah TNI ?
Jika ia benar Presiden RI, TNI, dan pejuang NKRI maka Prabowo tidak akan bermain-main atau dipermainkan. Keseriusan dan keberanian diuji dengan langkah pembenahan mendasar yang harus dimulai dari : tangkap Gibran dan Jokowi .
Tanpa itu, maka semua hanyalah omon-omon.