Opini

Momentum Prabowo Merintis Ketahanan Energi

Oleh : Feko Supriyadi ( Direktur Eksekutif Gerakan Kedaulatan Energi (GAKI) )

Jakarta, 8 Oktober 2025

Enam puluh delapan tahun usia wajah Pertamina masih saja buram. Berdasarkan laporan resmi yang dirilis DPR RI 2025 kebutuhan minyak mentah Indonesia yaitu 1.600.000 bbl/hari namun Pertamina hanya sanggup mengolah 400.000 bbl/hari. Lebih dari 1.000.000 bbl/hari terpaksa impor. Inilah fenomena ironis yang sering memunculkan pertanyaan kenapa Bangsa Indonesia dengan sumberdaya alam melimpah tetapi masih tergantung pada import BBM untuk memenuhi konsumsi dalam negeri.

Adapun faktor internal seperti keterbatasan kilang minyak, peningkatan konsumsi BBM, penurunan produksi minyak mentah, keterbatasan infrastruktur energi dan beban subsidi BBM sebatas bemper logis penentu kebijakan tuk menghindar dari tudingan gagal mengelola MIGAS.

Sedangkan diluar sana harga minyak mentah global disertai dolar yang melekat erat serta terus menguat terhadap rupiah mempengaruhi kebutuhan impor BBM menjadi lebih berat.

Kompleksitas realita tersebut bukan berarti tanpa solusi, pasalnya dikancah geopolitik yang telah berubah drastis terbuka kesempatan serta peluang luas merintis kedaulatan dan ketahanan energi. Yup…kerjasama dengan negara negara penghasil migas tanpa mekanisme dollar adalah salah satu jalan keluar dari himpitan impor BBM sebagai penyebab utama defisit anggaran negara.

Era Prabowo Subianto dalam realitas geopolitik kekinian di perlukan komitmen bersama dengan para pemimpin politik untuk mengambil tindakan. Sehingga jerat mafia Migas dan ketidakadilan sistem tata kelola migas global bisa ditanggung bersama.

Pada sisi lain diperlukan pengawasan Ekstra dengan melibatkan jaring civil society untuk melakukan pengawasan dan pengawalan melekat supaya kebijakan strategis bisa terhindar dari hambatan hambatan dalam kultur birokrasi.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button