Opini

REFORMASI SETENGAH HATI DAN POTENSI MATI

REFORMASI SETENGAH HATI DAN POTENSI MATI

Oleh : M Rizal Fadillah ( Pemerhati Politik Dan Kebangsaan )

Bandung, 15 Oktober 2025

Semangat di awal setelah menerima aspirasi tentang reformasi Kepolisian, mulai melambat pada pelaksanaan. Apalagi setelah pihak Kepolisian yang dikomandani Listyo Sigit melakukan pembangkangan dengan membentuk pasukan Tim Transformasi Kepolisian. Seperti biasa Prabowo omon yang dibesarkan, aksi dikecilkan, demi stabilisasi alasannya.

Hingga kini Komisi Reformasi yang katanya berjumlah 9 orang sangat susah untuk diumumkan. Entah apa yang ditakutkan, yang jelas seperti sangat hati-hati. Syarat utama dari keseriusan yakni mengganti Kapolri sama sekali tidak terjadi. Tanpa bukti aksi yang berani, reformasi Kepolisian hanya basa-basi, lalu stagnasi, dan mati. Rakyat bakal dikecewakan lagi.

Tidak mungkin mereformasi secara fundamental jika gejala pembentukannya saja sudah berlenggak-lenggok, lambat, dan gemulai. Publik akan menilai siapa personalia yang ditempatkan. Apakah elemen rakyat atau pejabat, profesional atau komersial, kumal atau segar, pemandu sorak atau pendobrak. Ketika publik muak, baru juga terbentuk sudah diminta untuk dibubarkan.

Khas Prabowo yang pengambang dan pecundang, maka kebijakan pun tidak terukur pasti, berjalan dengan hati-hati, tanpa kejutan berarti. Berlindung di narasi strategi. Selalu dibuat garis yang tipis antara racun nasi dengan makan bergizi, edukasi dan intimidasi, demokrasi dan demoralisasi, religi dan dukunisasi, serta reformasi dan rekreasi. Reformasi Polisi sekedar formula untuk mengunci demonstrasi.

Meski was-was sesungguhnya harapan rakyat sangat besar pada kerja Komisi Reformasi bentukan Presiden. Citra Kepolisian yang kini sedemikian buruk dituntut untuk segera dipulihkan. Sejak Tito Karnavian sebagai Kapolri, Kepolisian terus terpuruk dan puncaknya di masa kepemimpinan Listyo Sigit. Kerusuhan misterius akhir Agustus kemarin diduga kuat melibatkan operasi Kepolisian bersama-sama dengan mafia Solo lainnya.

Reformasi berani dan serius harus dimulai dengan mencopot Listyo Sigit. Tanpa ini Listyo akan menghambat bersama Tim Transformasinya. Ia adalah komandan dari operasi perlawanan dan pengaburan misi. Komisi Reformasi tidak akan leluasa masuk ke dalam institusi Polri karena Listyo akan lakukan proteksi dan konsolidasi sendiri. Prabowo terpaksa gigit jari.

Reformasi Polri perlahan-lahan akan mati suri dan hanya mampu memproduk rekomendasi rekomendasi. Polisi tidak berubah dan tetap jumawa seperti ini. Ketika Komisi gagal melakukan reformasi, maka yang dianggap salah bukan Polisi tetapi Komisi Reformasi.

20 Oktober sebentar lagi, tidak ada tanda-tanda Prabowo berbuat untuk kepentingan rakyat. Semua nampak hanya demi kepentingan sendiri dan elit.
Rakyat belum bisa tertawa bahagia, senyum saja masih sulit.

Satu saja dulu buat harapan : Ganti Kapolri.
Agar reformasi tidak hanya main-main, lalu mati.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button