Jakarta, 9 Oktober 2025
Sejumlah ancaman bom terjadi di tiga sekolah internasional di wilayah Tangerang dan Jakarta Utara dalam dua hari terakhir.
Ancaman pertama diterima pada Selasa (7/10/2025) oleh dua sekolah internasional di Tangerang, yakni Jakarta Nanyang School (JNS) di Pagedangan, Kabupaten Tangerang, dan Mentari Intercultural School (MIS) di Kota Tangerang Selatan.
Modus pelaku mengunakan anonim mengirim pesan melalui WhatsApp serta email mengunakan bahasa inggris.
Pelaku mengancam akan meledakkan bom dalam waktu 45 menit jika pihak sekolah tidak mengirimkan uang tebusan 30.000 dolar AS atau sekira Rp 497 juta ke alamat dompet Bitcoin yang ditentukan.
Isi pesan ancaman pelaku yakni , Pesan ini untuk semua orang. Kami telah memasang bom di sekolah kalian. Bom tersebut mulai dalam 45 menit. Bila kamu tidak setuju untuk membayar kami senilai USD 30.000 ke alamat bitcoin kami,alamat Bitcoin kami di bawah ini: 17TbltoK4kojSn4sSogJuZgRzvTx1Qi4XT.

Bila kamu tidak mengirimkan uang tersebut, kami akan segera meledakkan perangkat itu. Telepon polisi, kami akan meledakkan perangkat di tempat itu
Adapun nomor pengirim pesan tersebut yaitu +2349165620857 ,nomor itu merupakan berasal dari kode negara Nigeria.
Polres Tangerang Selatan bersama Gegana Polda Metro Jaya segera melakukan penyisiran di dua lokasi sekolah.
Dari hasil pemeriksaan menyeluruh tidak ditemukan bahan peledak atau benda mencurigakan.
Polres Tangerang Selatan melalui Kapolresnya AKBP Victor Inkiriwang mengatakan, Ancaman itu dikirim melalui WhatsApp dan email ke pihak manajemen kedua sekolah itu. Hasil penyisiran tidak ditemukan bom atau bahan sejenisnya.
Sebuah Sekolah Di Kelapa Gading Turut Menerima Ancaman
Rabu (8/10/2025) dini hari hal yang sama juga terjadi pada North Jakarta Intercultural School (NJIS) di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Pola serta isi pesan yang dikirimkan ke North Jakarta Intercultural School (NJIS) Kelapa Gading tersebut sama seperti yang dialamatkan kepada Jakarta Nanyang School (JNS) di Pagedangan, Kabupaten Tangerang, dan Mentari Intercultural School (MIS) di Kota Tangerang Selatan, sehari sebelumnya.
Kapolsek Kelapa Gading Kompol Seto Handoko Putra, mengatakan, Usai adanya teror bom pada Rabu dini hari, kami lakukan pengecekan bersama tim ke sekolah tersebut dan hasilnya tidak ditemukan benda mencurigakan.
Setelah berkoordinasi dengan Asosiasi Aset Kripto Indonesia Kompol Seto , memastikan bahwa Alamat dompet yang dimaksud tidak ditemukan atau tidak valid sehingga tidak ada pada crypto exchange lokal di Indonesia.
Selain itu, pihak kepolisian juga mengidentifikasi pelaku menggunakan akun WhatsApp pemasaran (marketing number) dengan inisial EM, yang diduga menjadi bagian dari jaringan internasional.
Pihaknya masih mendalami kemungkinan keterkaitan antara ancaman di NJIS Kelapa Gading dengan teror sebelumnya di dua sekolah Tangerang, kata Kombes Pol Erick Frendriz selaku Kapolres Metro Jakarta Utara.
Dirinya mengatakan, Kaitan dengan Tangerang masih dalam penyelidikan. Ancaman yang dikirim memang berisi permintaan sejumlah uang dan ancaman peledakan.
Pengamat Terorisme Dan Intelijen : Bisa Jadi Cipta Kondisi Kondisi Politik
Terkait peristiwa Harits Abu Ulya Pengamat Terorisme menyampaikan pendapatnya.
Dirinya mengatakan, Kasus teror bom ke sekolah internasional tidak begitu korelatif dengan penangkapan empat orang di wilayah Sumatera. Saat ini, siapa pun dengan niat jahat bisa menciptakan kepanikan di kelompok masyarakat tertentu dengan modus ancaman bom.
Dia melanjutkan,Motifnya bisa murni mencari keuntungan materi, bisa juga sebagai usaha cipta kondisi untuk kepentingan politik dari kelompok kontra status quo saat ini.
Bisa saja ini adalah agenda simulasi penanganan bom dari pihak terkait, atau masih terkait perilaku sporadis dari sisa-sisa kelompok ISIS, tambah Harits,kepada redaksi persuasi-news.com pada hari ini Kamis (9/10/2025).
Dirinya menuturkan, Pengulangan ancaman bom sangat potensial terjadi karena kemudahan publik melalui internet untuk mengakses target yang diinginkan. Kasus dua kali ancaman bom pesawat dari Saudi ke Jakarta yang harus mendarat darurat di Medan adalah contoh konkret yang bisa berulang.
Atau semisal, orang gegana, densus, dan sebagainya minta ada yang bikin “ulah” agar simulasi penanganan bom bisa digelar. Tapi ini sensitif, karena menyentuh ranah intelijen yang tidak bisa diungkap di ruang publik, kata Direktur CIIA (The Community of ideological Islamic Analyst) tersebut.
Walaupun begitu, dirinya menegaskan bahwa praktik simulasi keamanan seharusnya dilakukan secara terbuka dan terkoordinasi, agar tidak menimbulkan kepanikan. Biasanya SOP-nya, instansi yang dijadikan target simulasi dihubungi dulu oleh pihak pelaksana agar orang-orang di lokasi tidak panik. Tapi pola itu bisa berubah dan tidak baku, apalagi kalau masuk ranah aksi “intelijen gelap”, tegasnya.




