Dunia IslamOpini

Seri Teologi Pembebasan (3-Habis)TAUHID: PUNCAK PEMBEBASAN, TITIK AKHIR PENUHANAN

Oleh Edy Mulyadi ( Wartawan Senior )

Jakarta, 5 Juli 2025

قُلْ يٰۤـاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَا لَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَآءٍۢ بَيْنَـنَا وَبَيْنَكُمْ اَ لَّا نَـعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْــئًا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَا بًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِ نْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَ نَّا مُسْلِمُوْنَ

Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama yang lain tuhan-tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang muslim.”” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 64).

Dalam sejarah pemikiran Islam pembebasan, kita mengenal tiga nama besar: Asghar Ali Engineer, Kazuo Shimogaki, dan Ali Syariati. Mereka menggugat agama yang dijinakkan. Mereka menolak Islam yang sekadar mengatur wudhu dan warisan, tapi bungkam di hadapan tirani. Mereka menulis, bicara, dan berjuang demi satu hal: membebaskan manusia dari belenggu penindasan.

Engineer, lewat karyanya Islamic Theology of Liberation, menyuarakan keadilan dalam masyarakat yang terkoyak kasta, kemiskinan, dan patriarki. Ia menyerukan tafsir Al-Qur’an yang berpihak pada kaum tertindas.

Shimogaki, dalam bukunya Kiri Islam: Antara Modernisme dan Posmodernisme, membongkar wajah-wajah baru penindasan: kapitalisme global, sekularisme kosong, dan Islam jinak yang terjebak kompromi.

Syariati, lewat karya-karya seperti Tugas Cendekiawan Muslim, Agama Melawan Agama, dan Husain: Warisan Resolusi, memanggil umat untuk kembali pada Islam perjuangan. Islam yang berpihak. Islam yang tidak netral. Islam yang mengguncang singgasana kekuasaan.

Namun perjuangan mereka belum selesai. Ada satu titik yang belum sepenuhnya mereka gali. Sebuah akar terdalam dari seluruh kezaliman. Sebuah simpul yang harus kita urai jika ingin benar-benar membebaskan manusia. Itulah penuhanan manusia atas manusia lain.

Islam datang bukan hanya untuk menurunkan perbudakan. Islam turun untuk memutus rantai penuhanan. Memotong sumber kekuasaan yang absolut, selain Allah.

“Janganlah sebagian dari kamu menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah…” (QS. Ali ‘Imran: 64).

Tauhid, Memerdekakan

Inilah titik tolak teologi pembebasan Islam yang sejati. Tauhid bukan semata konsep metafisik. Tauhid adalah pernyataan perang terhadap seluruh bentuk dominasi. Ia membongkar struktur yang menjadikan sebagian manusia tunduk, taat, dan diam atas perintah manusia lain. Entah itu raja, kepala negara, penguasa, pemodal, partai politik, lembaga agama, bahkan negara.

Tauhid memerdekakan. Karena hanya Allah yang pantas ditaati secara mutlak. Selain Allah? Relatif. Terbatas. Bisa ditolak. Bisa dikritik. Bisa dilawan.

Di negeri ini, umat Islam makin banyak. Tapi tauhid makin menyusut. Masjid makin penuh. Tapi penuhanan terhadap sesama manusia makin subur. Pemimpin dipuja-puji seperti dewa. Ucapan penguasa dianggap wahyu. Kritik kepada presiden dianggap makar. Mereka lupa, Islam turun bukan untuk mengamini penyembahan manusia. Islam diturunkan justru untuk membebaskan manusia dari penghambaan kepada manusia.

Ketika tanah rakyat dirampas, dan ulama diam; dimana tauhid? Ketika suara rakyat dibungkam, dan ormas Islam malah mengiyakan; apa kabar tauhid? Ketika penguasa dan pemodal berselingkuh, dan umat dibohongi atas nama investasi; masihkah ada tauhid?

Kita hidup di tengah zaman di mana berhala bukan lagi patung, tapi sistem. Berhala bukan lagi Latta dan Uzza, tapi pasar, kekuasaan, pembangunan, dan pencitraan. Berhala itu hidup. Ia makan pujian. Ia dibela mati-matian. Dan sayangnya, umat Islam ikut-ikut menyembahnya.

Sudah saatnya kita menggenapi lingkaran yang pernah dibuka oleh Syariati, Engineer, dan Shimogaki. Sudah saatnya kita menyempurnakan narasi Islam pembebasan.

Dan manusia bertauhid adalah manusia merdeka sejati. Ia tidak tunduk pada penguasa zalim. Ia tidak takut pada kekuatan duniawi. Ia hanya takut kepada Allah. Dan karena itu, ia tidak takut kepada siapa pun selainNya.

Inilah pesan besar Islam. Inilah misi para nabi. Inilah warisan Ibrahim AS. Inilah inti dakwah Muhammad SAW dan para nabi lainnya.

Dan inilah tugas kita hari ini. Menghidupkan kembali Islam pembebas di tengah dunia yang kembali menyembah manusia. Jika kita diam, maka kita bukan pewaris nabi. Jika kita tunduk, maka kita sudah keluar dari barisan tauhid.

Mari bersaksi. Mari bersuara. Mari melawan. Karena Islam bukan agama netral. Islam adalah agama pembebasan. Dan manusia yang tauhid adalah manusia yang merdeka sejati.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button