Seri Teologi Pembebasan (Bagian 2) DOA MUSA, DOA RAKYAT YANG TERLUKA

Oleh Edy Mulyadi ( Wartawan Senior )
Jakarta, 4 Juli 2025
Sedikitnya ada dua ayat Al-Qur’an yang mestinya jadi suluh bagi kaum tertindas. Bukan sekadar kisah masa lalu. Tapi panduan hidup. Bahkan tak berlebihan bila disebut, ini adalah strategi langit untuk perjuangan di bumi.
وَقَا لَ مُوْسٰى رَبَّنَاۤ اِنَّكَ اٰتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَاَ هٗ زِيْنَةً وَّاَمْوَا لًا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۙ رَبَّنَا لِيُضِلُّوْا عَنْ سَبِيْلِكَ ۚ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلٰۤى اَمْوَا لِهِمْ وَا شْدُدْ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْا حَتّٰى يَرَوُا الْعَذَا بَ الْاَ لِيْمَ
“Dan Musa berkata, ‘Ya Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada Fir’aun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, (akibatnya) mereka menyesatkan manusia dari jalanMu. Ya Tuhan, binasakanlah harta mereka dan kuncilah hati mereka, agar mereka tidak beriman sampai melihat azab yang pedih.'”
قَا لَ قَدْ اُجِيْبَتْ دَّعْوَتُكُمَا فَا سْتَقِيْمَا وَلَا تَتَّبِعٰٓنِّ سَبِيْلَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Dia berfirman, ‘Doa kalian berdua telah dikabulkan. Maka tetaplah kalian berdua di jalan yang lurus dan jangan ikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui.'” (QS. Yunus 10: 88–89).
Dua ayat ini bukan kisah klasif Musa AS dan Fir’aun. Inilah api. Bara api yang bisa membakar semangat rakyat yang sudah lama digilas kekuasaan.
Ini adalah doa Musa setelah perjuangan panjangnya ditolak mentah-mentah oleh Fir’aun. Setelah kebenaran ditertawakan. Setelah rakyat dijadikan budak. Musa tak lagi berharap hidayah bagi Fir’aun. Musa tahu, Fir’aun bukan cuma sesat. Tapi juga menyesatkan.
Doa Kehancuran
Lalu lihat bagaimana dia memulai doanya. Telak. Tegas. “Engkau, ya Rabb, yang memberi mereka kekayaan dan perhiasan dunia.” Sebuah pengakuan bahwa semua kekuasaan dan kekayaan, tetaplah berasal dari Allah. Termasuk meski jatuh ke tangan para tiran. Bukan karena Fir’aun cerdas. Bukan karena para menterinya hebat. Tapi karena Allah membiarkan mereka kaya. Untuk diuji: bersyukur atau kufur. Dan mereka memilih kufur.
Maka Musa pun memohon: “Hancurkanlah harta mereka. Kuncilah hati mereka.” Ini bukan doa ringan. Ini bukan permintaan lembek. Ini doa perlawanan. Doa keadilan. Ketika kekuasaan tak lagi bisa dinasihati. Ketika rakyat terlalu lama sabar. Maka doa menjadi peluru terakhir.
Apa jawaban Allah? “Qad ujibat da’watukuma…” Doa kalian berdua telah dikabulkan. Luar biasa. Langit merespons doa yang lahir dari luka sejarah. Tapi, Allah memberi syarat tegas: tetaplah lurus. Jangan ikut jalan orang-orang bodoh. Dalam bahasa hari ini: jangan kompromi. Jangan jadi penjilat. Jangan ikut-ikutan justifikasi kezaliman.
Rasulullah SAW pun menegaskan:
اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ
“Takutlah kalian terhadap doa orang yang dizalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.” (HR Bukhari-Muslim).
Dalam riwayat lain:
دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ مُسْتَجَابَةٌ وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا، فَفُجُورُهُ عَلَى نَفْسِه
“Doa orang yang teraniaya dikabulkan, walau dia fasik. Karena kefasikannya urusan dia dengan Allah.” (HR Ahmad).
Para ulama pun sepaham. Imam al-Qurthubi menyatakan, “Doa Musa ini adalah dalil bolehnya mendoakan kehancuran penguasa zalim yang melampaui batas.” Ibnul Jauzi bahkan menyebut, “Jika dakwah tak lagi mempan, dan penguasa jadi pelindung kezaliman, maka doa kehancuran adalah bentuk jihad.”
Maka kalau hari ini rakyat Indonesia berdoa: “Ya Allah, hancurkan kongkalikong antara penguasa dan cukong. Tutup hati mereka yang terus menindas. Lumpuhkan kekuasaan yang menjual negeri…” itu bukan radikal. Itu bukan makar. Itu warisan Musa. Itu sunah perjuangan. Itu jejak para ulama yang jujur.
Membungkus Kezaliman dengan Ayat
Sayangnya, banyak tokoh agama justru berdiri di sisi penguasa. Mereka pakai dalil “sabar”, “ulil amri”, “jangan kritik pemimpin.” Tapi sejatinya mereka sedang membungkus kezaliman dengan ayat Tuhan. Mereka menyerukan agama, tapi sejatinya memadamkan cahaya kebenaran. Bukankah mereka itulah “orang-orang yang tidak tahu” sebagaimana disebut dalam ayat tadi?
Sepuluh tahun terakhir ini, kita melihat langsung bagaimana kekuasaan dipakai memperkaya oligarki. Di Rempang, PIK-2, Morowali, Konawe, Maluku Utara tanah rakyat dirampas. Yang menolak dikriminalisasi. Proyek-proyek mangkrak jadi simbol pengkhianatan. Warisan utangnya? Rakyat juga yang menanggung.
Dalam situasi begini, hanya dua pilihan: melawan, atau jadi pecundang. Maka mari hidupkan ayat ini. Jadikan doa Musa sebagai strategi. Doakan kehancuran bagi kekuasaan zalim. Tapi jangan pernah ikut jalan mereka. Tetap jujur. Tetap di jalan lurus. Tetap berpihak pada yang dizalimi.
Karena Allah sudah beri janji:
قَدْ أُجِيبَتْ دَّعْوَتُكُمَا…
“Doamu telah dikabulkan.”