Opini

Target Zionis Merobohkan Masjid Al Aqsha: Mempercepat Perang Dunia III

Oleh : Assoc Prof. Dr. H. Abdul Chair Ramadhan, S.H., M.H. )

Jakarta, 3 September 2025

Menurut Zionis Yahudi, Raja Solomon (Nabi Sulaiman AS) pernah membangun Kuil Haikal Sulaiman (Solomon’s Temple) di Yerusalem. Mereka mengklaim kuil tersebut berada di lokasi Baitul Maqdis, tepatnya di bawah tanah Masjid Al Aqsha. Oleh karena itu, mereka mengatakan tidak ada pilihan lain kecuali menghancurkan Masjid Al Aqsha dan kemudian membangun kembali Haikal Sulaiman di atasnya. Bagi Zionis, Haikal Sulaiman merupakan pusat dari dunia. Haikal Sulaiman merupakan pusat seluruh kepercayaan dan pemerintahan segala bangsa. Yahudi meyakini bahwa di suatu hari nanti seorang Messiah yang akan mengangkat derajat dan kedudukan bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia. Kehadiran Mesiah inilah yang menjadi inti dari semangat kaum Yahudi untuk memenuhi tanah Palestina. Jika Messiah sudah bertahta di atas singgasana Haikal Sulaiman, maka Messiah itu akan memimpin kaum Yahudi untuk memerangi siapa pun yang tidak mau tunduk pada The New World Order, yakni si Yahudi itu sendiri.

Haikal Sulaiman itu hanyalah mitos yang dipropagandakan Zionis. Menurut Mahdy Saied penulis buku “Fadhailu Al Masjidi Al Aqsha”, orang yang pertama kali menarik perhatian Yahudi terhadap ide pembangunan Haikal adalah Musa bin Maimun. Dokter Yahudi yang sempat bekerja pada Bani Umayyah di Andalusia ini pernah berziarah ke al-Quds pada 1267 M. Ratusan tahun kemudian, tepatnya pada 1560 M, seorang rabi merekayasa ide ritual menangis atau meratap di tembok ratapan yang terletak di sisi barat Masjid Al Aqsha. Sumber satu-satunya perihal Haikal ialah Talmud. Padahal, kitab itu ditulis oleh rabi Yahudi. Dengan demikian, Haikal Sulaiman bukanlah dari ajaran Taurat asli, melainkan karangan rabi Yahudi yang menyeleweng dari tauhid Nabi Musa AS. Terlebih lagi, Masjid Al Aqsha sudah ada jauh sebelum Bani Israil ada.

Seorang peneliti, Ahmed Soussa, yang masuk Islam setelah beragama Yahudi, mempertanyakan doktrin tentang Kuil Haikal tersebut. Dia meyakini bahwa itu adalah doktrin yang dimasukkan ke dalam agama Yahudi dan bahwa itu adalah doktrin paganisme kuno. Mereka meyakini bahwa para dewa bersemayam di langit, lalu jika mereka ingin turun ke bumi, maka mereka tidak akan bisa tinggal kecuali di rumah-rumah yang besar (Kuil). Kais Al Kalby dalam karyanya “History of Al Aqsa”, mengatakan klaim Zionis dalam upaya mereka mencari Kuil Sulaiman yang hilang telah berhasil hanya karena menemukan reruntuhan terowongan Raja Jeconiah. Padahal, temuan itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan Kuil Sulaiman. Terowongan itu juga tidak memiliki makna keagamaan apa pun.

Kini, Zionis kembali ingin merobohkan Masjid Al Aqsha dan membangun kuil tersebut. Menurut mereka Kerajaan Yahudi tidak akan bangkit kembali kecuali dengan melakukan hal tersebut. Zionis selama puluhan tahun melakukan penggalian di bagian bawah kompleks Baitul Maqdis dengan dalih mencari sisa-sisa Kuil Sulaiman. Pada Februari 2007, penggalian semakin mendekati Al Aqsha, yakni hanya berjarak 60 meter dari masjid tersebut. Penggalian dengan dalih kepentingan arkeologi tersebut sebenarnya dimaksudkan untuk melemahkan fondasi tempat suci umat Islam tersebut dan harapanya agar Masjid Al Aqsha roboh. Di dalam terowongan-terowongan yang digali, mereka juga mengalirkan air dalam jumlah besar dengan tujuan menggoyahkan kekuatan tanah di bawah masjid agar pondasi masjid menjadi rapuh.

Juru Bicara Pemerintah Palestina Ibrahim Melhem saat itu mengatakan kepada Arab News, bahwa para Zionis Israel tidak menyembunyikan niat mereka untuk menghancurkan Masjid Al Aqsha dan mendirikan Kuil Sulaiman di atas reruntuhannya. Di Israel, gerakan untuk membangun kuil tersebut sudah tersebar luas di berbagai lembaga, salah satunya The Temple Institute atau Machon HaMikdash. Organisasi tersebut dengan berani memublikasikan tujuan mereka yang ingin menghancurkan Masjidil Aqsha dan Dome of the Rock yang akan diganti dengan kuil ketiga. Menteri Perumahan dan Konstruksi Israel Uri Ariel pernah mengumumkan bahwa Israel berencana menghancurkan Masjid Al Aqhsa agar “Bait Suci Ketiga” dibangun di sana. Ariel mengakui bahwa Bait Suci pertama dan kedua telah dihancurkan bertahun-tahun yang lalu (bahkan ribuan tahun yang lalu) sehingga Bait Suci ketiga harus dibangun sekarang.

Rencana Zionis membangun kuil tersebut merupakan tindakan pelanggaran terhadap Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 194 tahun 1948. Resolusi itu menyebutkan bahwa tempat-tempat suci, bangunan keagamaan, dan situs-situs di Palestina harus dilindungi dan akses bebas ke sana dijamin, sesuai dengan hak-hak yang ada dan praktik historis. Begitu pun dalam Konvensi Den Haag 1954 untuk Perlindungan Benda Budaya dalam Peristiwa Konflik Bersenjata, menyatakan dilarangnya segala bentuk pencurian, penjarahan, atau penyalahgunaan, serta segala tindakan vandalisme yang ditujukan terhadap benda budaya. Namun Israel melanggar semua hukum ini.Dengan menguasai Masjid Al Aqsha, Zionis Israel dapat memperkuat klaimnya atas seluruh kota lama Yerusalem, yang juga diklaim oleh Palestina sebagai ibu kota masa depan mereka. Para pemimpin Israel berbicara tentang “Yerusalem Metropolitan” yang akan mencakup sekitar 10 persen dari seluruh wilayah Tepi Barat. Ini akan mencakup semua permukiman Israel yang kini berada di luar batas wilayah kota dan mengecualikan wilayah Palestina yang terletak di luar tembok pemisah. Rencana ini dikenal sebagai Rencana Induk Israel, “Yerusalem 2020”.

Sejatinya Zionis menginginkan terjadinya Perang Dunia III guna mempercepat kehadiran juru selamat mereka, yakni Dajjal. Persiapan untuk menyambutnya didahului dengan menghancurkan Baitul Maqdis. Pada bagian sebelumnya, penulis menyebutkan bawa penamaan Freemason – bukan semata-mata “tukang batu bebas”, melainkan sebagai pengelabuan. Tukang batu bebas itu maksudnya yang akan merobohkan bangunan Masjid Al Aqsha dan kemudian membangun Kuil Solomon. Kini, misi tersebut secara nyata diupayakan oleh Zionis Israel sebagai pelanjut Freemansonry dan Kabbalah.

Tindakan Zionis Israel yang ingin merobohkan Masjid Al Aqsha dan mendirikan Kuil Sulaiman di atasnya harus dicegah dengan kekuatan negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Terlebih lagi, latar belakang didirikannya OKI adalah peristiwa pembakaran Masjid Al Aqsha saat terjadinya pendudukan Al-Quds (Yerusalem) oleh Israel pada bulan Agustus 1969. Selain juga OKI mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan hak pembentukan negara merdeka dan berdaulat.

( Tulisan Ini Diambil Dari buku “Melawan Hegemoni Zionis Demi Baitul Maqdis” ).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button