Jokowi Analogi Lagu Kegemarannya Rungkad Dengan Konotasi

Oleh : Damai Hari Lubis ( Pengamat KUHP, (Kebijakan Umum Hukum Dan Politik)
Jakarta, 12 Juni 2025
Apakah nasib Jokowi bakal mirip sebuah lagu yang berjudul “Rungkad” yang sepotong syairnya ada kata ‘entek’ diikuti entek an sehingga melahirkan konotasi cakrawala berpikir (asumtif) yang tendensius, karena kata berulang berupa ‘entek-entekan’.
Dalam bahasa Sunda, “rungkad”, walau pemaknaan adjektif nya ‘feksibel’ namun pemahaman ‘rungkad’ adalah kondisi lara yang dialami seseorang atau suasana yang tidak baik-baik saja, maka ditambah kata berulang ‘entek entekan’ yang maknanya adalah habis-habisan atau hancur-hancuran.
Maka andai kedua kata disambung menjadi sepotong kalimat ‘rungkad entek-entekan’, lalu dihubungkan dengan posisi Jokowi yang sudah tidak orang nomor satu di republik ini, sampai-sampai individual Ia bersedia melaporkan beberapa aktivis ke pihak Penyidik, karena terganggu dituduh telah menggunakan ijazah S 1 palsu, dan kondisi kesehatan Jokowi sàat ini info (rumor) yang beredar di berbagai media sosial sedang “mengalami sakit aneh”. Aneh karena nampak flek flek hitam dan sejenis penyakit gatal di tubuh bagian kepala (muka dan leher), penyakit yang jarang dimiliki seorang dengan status sosial strata pejabat publik.
Oleh karenanya apakah rungkad entek entek an, dalam kondisi Jokowi saat ini, dapat dimaknai Jokowi bakal cenderung mengalami kehidupan yang hancur-hancuran?
Justru bahkan diakhir sejarah, tidak mustahil hanya Jokowi bakal didera rungkad entek entek-an, namun sepaket Jokowi and family, yang terdiri dari Istri, anak-anak dan menantu.
Adakah korelasi hukum ‘sepaket’ bakal rungkad?
Maka penulis mencoba menganalogikan rungkad entek entekan Jokowi berikut keluarga (sepaket) dari versi ilmiah (fakta hukum) meliputi seberkas tebal data empirik yang bisa diterima akal sehat (logika).
Alasan yang mendasar, walau sisi positif karakter (manusiawi) Jokowi ada dan berkepastian. Namun hobi dusta terhadap janji atau kontrak sosial politiknya kepada publik (vide Du Contrat Social oleh JJ. Rousseau) lebih stand up (menonjol), sehingga menutupi sisi baiknya. Dan data empirik membuktikan, secara litigasi (peradilan) Jokowi pernah digugat oleh sebuah kelompok aktivis pada tahun 2021 dengan posita 66 kebohongan yang Ia lakukan.
Sehingga estimasi dusta Jokowi saat ini tahun 2025 bisa jadi bertambah hingga mencapai 100 atau lebih?
Sehingga lagu ‘Rungkad entek entekan’ dengan alur kehidupan Jokowi, yang kekinian info terkait medis Jokowi mengalami ‘sakit aneh’, serta korelasi pokok problematika Jokowi and family, didapati beberapa unsur-unsur temuan praktik KKN yang menyertakan 3 (tiga) anak kandungnya plus menantu, yang sebagian tuduhan ada dalam arsip KPK, mengikuti booming tuduhan publik, Jokowi pengguna “ijazah S-1 misterius dari UGM”, begitu pula halnya dengan titel Gibran yang membingungkan publik, karena awalnya Gibran santer diberitakan berpendidikan S 2 lalu turun menjadi S 1 terakhir oleh KPU RI dinyatakan setara D-1?
Dan tentu jauh untuk dapat dilupakan bahwa Gibran adalah tertuduh 99 % lebih identik selaku pemilik akun fufu yang isi kontennya tak beradab (nir moral). Lalu disusul oleh Iriana (istri Jokowi) yang mencuat kabar bertitel SE dan MM disertai status Hajjah yang kesemua gelar dimaksud diragukan, kèmudian menjadi topik gunjingan publik dibanyak media sosial.
Oleh semua tuduhan negatif terhadap Jokowi dan sanak keluarga (Jokowi and family), yakni Jokowi, Iriana dan ketiga anak serta menantu (Bobby Nst) merupakan jawaban terkait pertanyaan “adakah alasan hukum korelasi sepaket bakal rungkad”.
Maka tidak mustahil dengan bergesernya waktu dan kekuasaan dikarenakan ‘benih tak halal’, bakal memenuhi lembaran sejarah buruk (pages full of bad history), dan implikasi dari kumulasi perilaku amoral paketan ini tentunya berpotensi highrisk berupa tuntutan sanksi hukum, include menjadi cikal bakal yang serius runtuhnya kekuasaan Jokowi dan Keluarganya, dengan begitu ‘Jokowi’s bad legend’, absurd dilupakan oleh anak-anak bangsa di negeri ini. Kepastiannya wallahu’alam, karena hakekat kepastian semata-mata absolut milik Tuhan.