PRABOWO BILANG TAK ADA RESHUFFLE, DIA MEMANG CUMA PINTAR OMON-OMON?

Oleh: Edy Mulyadi ( Wartawan Senior )
Jakarta, 14 Juni 2025
Tidak semua harapan menjadi kenyataan. Kita paham itu. Kita berharap Prabowo Subianto bersih-bersih para penjilat dan pengkhianat warisan Jokowi di kabinetnya. Kita berharap dia punya tim yang kredibel, kapabel, dan berintegritas untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
Pada 2 Juni 2025 saat upacara Hari Lahir Pancasila, Presiden Prabowo mengatakan dengan lantang: “Pejabat yang tak sanggup kerja, mundur saja sebelum saya berhentikan. Tidak pandang bulu.” Ia bahkan menyatakan, “Saya melihat masih terlalu banyak penyelewengan, masih terlalu banyak korupsi, masih terlalu banyak manipulasi yang dilakukan justru di dalam pemerintahan.” Keren!
Tapi apa boleh buat, harapan itu buyar. Berantakan. Kamis, 13 Juni 2025, Prabowo bikin pernyataan, “Tim saya sudah bekerja dengan baik. Menteri-menteri saya sudah bekerja cukup memuaskan. Saya tidak berencana me-reshuffle kabinet dalam waktu dekat.”
Saya tehenyak. Kecewa berat. Sebagai rakyat saya berharap Indonesia akan berubah arah di bawah kepemimpinan Prabowo. Berputar 180 derajat dari sang pembohong Jokowi. Berkebalikan dari Jokowi yang menindas demokrasi, memenjarakan ulama dan aktivis, menjual kedaulatan negara kepada RRC. Jokowi yang melayani para oligarki dengan meminggirkan rakyatnya.
Tapi nyatanya Prabowo lebih suka dikelilingi emas sepuhan. Emas palsu. Padahal dia pasti tahu benar, orang-orang sekelilingnya adalah para penjilat dan pengkhianat warisan Jokowi.
Paradoks Prabowo!
Prabowo adalah penulis buku bagus berjudul “Paradoks Indonesia”. Ironisnya, justru dia sendirilah paradoks itu. Di satu sisi mengaku prihatin dan marah terhadap elit yang korup, manipulatif, dan tak punya mental wakil rakyat. Tapi di sisi lain memelihara para menteri yang sudah jelas bermasalah. Bahkan memberikan pujian atas kinerja mereka.
Mendagri Tito Karnavian tiba-tiba memindahkan empat pulau Aceh ke Sumatera Utara tanpa proses yang sah? Menteri Bahlil berulang kali membela korporasi perusak lingkungan. Yang terbaru di Raja Ampat. Dengan enteng dia berbohong, tidak ada kerusakan lingkungan fatal di Raja Ampat. Padahal dari udara tampak jelas kerusakan yang mengerikan.
Kalau dua menteri ini Prabowo sebut sudah bekerja baik, ukurannya apa? Prabowo bahkan memuji mereka dengan “bekerja cukup memuaskan”. Parameternya apa hingga bisa disebut memuaskan? Memuaskan bagi siapa? Buat Jokowi? Bagi para oligarki?
Orang-orang dengan kualitas seperti Tito dan Bahlil ada ombyokan di sekeliling Prabowo. Mereka tidak kapabel. Kapasitasnya di bawah banderol. Integritasnya jeblok. Dan yang lebih penting lagi, mereka adalah titipan Jokowi. Finalis koruptor dunia itu menitipkan mereka di Kabinet Merah Putih dengan sejumlah agenda. Dan, mustahil Prabowo tidak paham itu.
Di Pilpres 2024 saya tidak memilih Prabowo. Tapi saya sadar: suka atau tidak, Prabowo hari ini adalah presiden Indonesia. Saya merasa harus membantunya. Tapi bantuan saya bukan dengan pujian, sanjungan, apalagi menjilat. Saya bantu Prabowo dengan kritik tajam dan peringatan keras. Tujuannya, agar dia tidak tersesat. Agar dia benar-benar berani mengembalikan negeri ini ke jalur yang benar.
Saya sudah kirimkan link berita soal tak akan ada reshuffle kabinet ke sejumlah orang dekat Prabowo. Saya tambah komentar begini: “Ini orang mau dibantuin, mau dibelain, malah muter-muter terus. Melintir-melintir terus. Serius enggak, sih, mau beresin Indonesia?” Mudah-mudahan pesan tersebut sampai ke Prabowo.
Kecewa? Banget! Putus asa? Tentu tidak. Saya tetap dan terus berharap, meski harapan itu makin tipis. Saya tetap berdoa: semoga Allah SWT membalikkan hati Prabowo. Semoga dia tersadar dan berani bersikap. Jangan biarkan para pembusuk di sekitarnya merusak namanya dan masa depan Indonesia. Bukankah Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu? Dan Allah mampu membolakbalikkan hati, termasuk hati Prabowo.
Tolong, Pak Presiden, jangan biarkan harapan rakyat tinggal kenangan. Kalau sampeyan memang serius ingin menyelamatkan Indonesia, bersihkan kabinet dari menteri-menteri busuk itu. Para menteri yang menyakiti hati rakyat, menyengsarakan rakyat. Menteri-menteri yang punya loyalitas ganda kepada majikan lamanya.
Panjenengan jangan puas dengan standar kinerja yang ambigu. Rakyat menanti tindakan nyata. Bukan lagi pidato dan omon-omon. Bukan paradoks!