APA GUNANYA GIBRAN ? GAK ADA

Oleh : M Rizal Fadillah ( Pemerhati Politik Dan Kebangsaan )
Bandung, 26 September 2025
Gibran yang dimaksud bukan Kahlil Gibran penyair, seniman, penulis Lebanon Amerika yang produktif dan banyak memberi warna dunia dengan karya-karyanya. Gibran yang ini adalah Wakil Presiden Republik Indonesia putera mantan Presiden Indonesia ketujuh Joko Widodo. Bapak dan anak tersebut menjabat dengan penuh kontroversi. Bahkan konon didapat dengan cara mencuri.
Gibran mencuri jabatan atas rekayasa sang bapak Jokowi dan pertolongan paman Anwar Usman Ketua MK saat itu. Ia bergelar bocil, samsul, songong, planga-plongo, atau fufufafa. Wapres ini berkualifikasi cacat konstitusi, demokrasi, hak asasi, maupun administrasi. Yang terakhir itu berkaitan dengan status dan pengalaman pendidikannya.
Pendidikan luar negeri tidak berbanding lurus dengan kualitas kenyataannya. Sekolah di Singapura Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan Australia University Technology of Sydney (UTS) Insearch justru membuatnya diperbincangkan. Kesetaraan UTS Insearch dengan SMK menjadi pertanyaan atas l keabsahan pendaftaran Calon Walikota dan Wapresnya.
Kesongongan, keplanga-plongoan, kesamsulan, dan kefufufaan tidak menggambarkan profil akademikus alumni Singapura dan Australia apalagi katanya berijazah University of Bradford Inggris. Ijazah itu beratnya satu ton sehingga tidak mampu Gibran untuk mengangkatnya, dan jikapun bisa, maka sudah diduga itu adalah ijazah-ijazahan. Gibran tidak memiliki high school leaving certificate sebagai dasar penyetaraan.
Ketika terjadi kerusuhan akhir Agustus kemarin akibat tergilasnya seorang pengemudi ojol oleh mobil rantis Brimob, Gibran berpura-pura bertemu dengan para driver ojol. Pura-pura karena diketahui ternyata itu driver ojol palsu.
Seperti tipu-tipu model bapaknya, ia blusukan kesana-sini. Wapres yang tidak jelas bidang pekerjaannya.
Saat Prabowo pidato di PBB soal dukungan kemerdekaan Palestina, Gibran malah kunjungan ke Papua Nugini negara yang jelas pro-Israel dan menolak kemerdekaan Palestina. Gibran adalah paradoks kepemimpinan bangsa. Bangsa besar ini dipimpin oleh anak kecil yang masih gemar mainan anak-anak.
Sang bapak mendorong Gibran tetap Wapres tahun 2029 bersama Prabowo. Pengamat memandang Jokowi dan geng Solo sesungguhnya sedang berikhtiar agar Gibran cepat naik menjadi Presiden bagai dalam sistem kerajaan yang biasa menobatkan putera mahkota sebagai raja. Meski anak itu sebenarnya masih ingusan.
Tidak ada yang diharapkan dari Gibran yang kadang marah kepada yang lemah, jumawa sebagai anak raja, blusukan meniru bapa, tidak mampu membuat yang baru, sekedar tambal sulam baju, manipulasi uang negara menjadi bantuan pribadi, kebijakan penuh basa-basi dan puja puji, rakyat lapar adalah sasaran ekploitasi.
Gibran bukan Kahlil Gibran, Gibran hanya anak
srigala yang kehilangan harga, menambah sedih atas kerusakan bangsa.
Kahlil Gibran mungkin sedang menyindir Gibran pemimpin bangsa yang patut dikasihani.
Senandungnya :
“Pity the nation whose stateman is a fox,
whose philosopher is a juggler,
and whose art is the art of patching and mimicking”
Kasihan bangsa yang negarawannya srigala,
filosofnya tukang sulap, dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
Gibran itu srigala, tukang sulap, tukang tambal, dan tukang tiru.
Apa gunanya Gibran ? Gak ada !.