BISNIS JUAL BELI IJAZAH PALSU DI JALAN PRAMUKA SALEMBA

oleh : Yulianto Widirahardjo S.E, M,si.
Jakarta, 15 Juni 2025
Di balik hiruk pikuk Ibu Kota yang tak pernah tidur, sebuah praktik ilegal yang meresahkan telah lama berakar dan terus berkembang biak: bisnis jual beli ijazah palsu. Jika Anda melintas di Jalan Pramuka, Salemba, di antara deretan kios percetakan yang tampak biasa saja, tersembunyi sebuah jaringan gelap yang menjanjikan jalan pintas menuju karier impian. Ini bukan sekadar transaksi biasa; ini adalah permainan kucing-kucingan antara penegak hukum dan para pelaku yang cerdik, sebuah misteri yang terus menghantui dunia pendidikan dan profesional kita.
Sejak penghujung milenium lalu, sekitar tahun 1999, praktik ini telah menjadi rahasia umum di kalangan mereka yang membutuhkan. Para pelaku, yang kerap disebut mafia ijazah palsu, beroperasi dari warung atau kios yang menyaru sebagai percetakan undangan atau kartu nama, seperti yang diungkap dalam laporan investigatif beberapa tahun silam. Mereka menawarkan solusi instan bagi siapa saja yang terdesak kebutuhan kualifikasi akademik, bukan hanya sekadar untuk kenaikan pangkat internal di perusahaan, melainkan juga untuk membuka gerbang ke kesempatan kerja baru yang mensyaratkan gelar tertentu.
Para “klien” hanya perlu menyodorkan foto dan data diri lengkap. Dalam hitungan hari, sebuah lembaran kertas yang tampak sah akan lahir dari mesin cetak, nyaris 90% mirip aslinya. Ini adalah ijazah yang mereka sebut “aspal” – asli tapi palsu. Para penyedia jasa ini selalu punya peringatan standar: ijazah ini “bisu” alias tidak akan “berbunyi” ketika dicek langsung ke universitas yang namanya dicatut. Untuk ijazah jenis ini, yang umumnya dipakai melamar ke perusahaan swasta dengan pengecekan minimal, harga di kisaran Rp 5 juta di dekade 2000-an dianggap standar. Cukup untuk lolos seleksi administratif awal, asalkan tak ada pemeriksaan lebih lanjut yang mendalam. Para penjual bahkan berani menjamin bahwa ijazah jenis ini aman dipakai di perusahaan swasta, namun haram hukumnya untuk mendaftar sebagai PNS karena pemeriksaan yang ketat.
Sebuah nasihat yang justru menegangkan, karena menyiratkan adanya risiko besar.
Namun, dunia ijazah palsu tak sesederhana itu. Ada strata di dalamnya, dan tentu saja, ada pula harga yang harus ditebus. Jaringan mafia ini juga menawarkan ijazah palsu yang benar-benar “berbunyi”, yang artinya dapat diverifikasi, baik ketika dicek ke kampus asal maupun ke lembaga yang mengkoordinir perguruan tinggi swasta. Ini adalah tingkatan yang jauh lebih canggih, dan biayanya pun melambung tinggi. Untuk tingkat “bunyi” yang lebih tinggi, biaya yang dipatok bisa 3 hingga 5 kali lipat dari harga standar, mencapai Rp 10-15 jutaan di era 2000-an. Bahkan bisa lebih mahal lagi jika kemampuan “bunyi” itu sampai ke lembaga tersebut. Semakin “berbunyi,” semakin cepat prosesnya, karena ada jaringan khusus yang terlibat.
Praktek pembuatan ijazah palsu yang “bisa bunyi” ini sangat diminati, terutama pada dekade 2010-an. Demand yang tinggi bahkan membuat hal ini menjadi “bisnis sampingan” bagi universitas swasta tertentu. Sebuah pengakuan yang mengejutkan dan menggelitik nurani, menunjukkan betapa dalamnya akar permasalahan ini. Klien pun merasa aman, seolah-olah mereka memegang ijazah asli, karena data mereka benar-benar terdaftar di sistem. Meskipun demikian, para mafia ijazah palsu tetap memberikan nasihat keras: ijazah tersebut hanya boleh dipakai untuk melamar ke perusahaan swasta, dan pantang untuk melamar posisi ASN (Aparatur Sipil Negara) atau tentara yang memiliki sistem verifikasi sangat ketat dan berlapis.
Keterlibatan oknum bagian administrasi kampus menjadi kunci untuk ijazah yang “berbunyi” di tingkat kampus. Merekalah yang berperan vital dalam menyisipkan data mahasiswa palsu ke dalam sistem resmi, menciptakan ilusi otentisitas yang sempurna. Ini adalah sebuah konspirasi yang rapi, di mana pihak internal kampus ikut berperkomplot demi keuntungan finansial. Proses pengerjaannya sendiri relatif singkat, antara satu hingga dua minggu, tergantung “pengkondisian” dan tentunya besarnya biaya yang disepakati. Semakin besar uang yang keluar, semakin cepat ijazah palsu itu bisa “berbunyi” dan siap digunakan.
Berapa banyak klien terkenal pernah ke sini? Dan berurusan dengan mafia seperti itu? Mengapa praktik ini bisa berjalan, apa ada yang melindungi? Bukan soal mudah mencari jawabannya. Entah sudah berapa banyak yang menikmati bisnis ini. Yang jelas bisnis ada karena ada permintaan diperlukannya ijazah!.