
Oleh : M Rizal Fadillah ( Pemerhati Politik Dan Kebangsaan )
Bandung, 12 Juni 2025
Berita yang membuat tergelak adalah ungkapan kader PSI Bali Dedy Nur Palakka yang menyatakan bahwa Jokowi memenuhi syarat sebagai Nabi. Namun katanya, pilihan justru menikmati menjadi manusia biasa yang dapat tersenyum lebar saat bertemu rakyat. Luar biasa doktrin Jokowisme yang meresap pada kadernya. Bukan hanya pada gagasan yang tidak jelas saja tetapi sampai senyum lebarnya pun menjadi opsi. Hwa ha ha.
Sewaktu acara Maulid Nabi pernah Jokowi oleh Habib Mubzir Al Musawa disebut turunan Habib, artinya Keturunan Nabi. Saat bagi-bagi sembako Jokowi itu kata Haryanto Subeki Koordinator Pandu Jokowi mirip dengan Umar bin Khattab. Ketika gemar blusukan Hamka Haq menyebut hal itu sebagai sifat Nabi. Budaya menjilat di negeri ini rupanya sudah sampai ke ubun-ubun.
Terlalu banyak kepalsuan yang dilakukan Jokowi. Diawali Esemka dengan jumlah palsu, investor IKN palsu, janji-janji palsu, asal-usul palsu, uang dikantong palsu, anak-anak tak suka politik palsu, lalu ijazah sekeluarganya diramaikan juga palsu semua. Pelantikan palsu dikawal jin, IKN diresmikan dihadiri spiritualis palsu. Mungkin Jokowi kini sudah juga menjadi dukun palsu. Entah sakit kulit mantan Presiden ini asli atau palsu ?
Aneh Jokowi ini kok bisa nyaman-nyaman saja disetarakan oleh pengikunya dengan Nabi. Hal yang sesungguhnya sensitif bagi orang beragama. Esok yang menyebut Jokowi Hantu eh Tuhan nampaknya juga akan disikapi tenang-tenang juga. Urat malu atau rasa dosa sudah hilang pada orang ini. Disamakan dirinya dengan Fir’aun gak masalah, apalagi cuma Pinokio atau Petruk.
Dahulu setelah Nabi Muhammad SAW wafat, bermunculan Nabi-Nabi palsu di antaranya Musailamah al Kadzab. Khalifah Abubakar Shiddiq Ra memerintahkan untuk memerangi dan membunuhnya. Musailamah tewas di tangan Wahsyi bin Harb dalam pertempuran Yamamah. Wahsyi menebus dosa setelah sebelumnya menjalankan perintah untuk membunuh Hamzah bin Abdul Mutholib pada perang Uhud.
Nabi palsu sangat menyesatkan karenanya wajib diperangi. Jokowi harus mendapat wahyu terlebih dahulu kalau mau jadi Nabi dan pasti segera dianggap gila. Kata Bahlil jangan main-main dengan Raja Jawa. Bahlil gemetar ketakutan pada kekuatan gaib Jokowi. Potensi menjadi gaibis atau paranormal alias dukun sangat besar.
Kini konon Jokowi sakit, moga cepat sembuh saja. Dalam konotasi tersendiri sakit itu ada yang “asli” atau “palsu”. Agama mengatur dan memaknai. Bagi orang beriman sakitnya itu “asli” dalam arti sebagai ujian dari kesabaran sekaligus penghapus dosa. Sakit adalah hal baik baginya. Sementara bagi orang zalim atau pengabai agama, sakit itu adalah “palsu” yakni sebagai siksa atau azab di dunia. Hukuman dari perbuatan buruknya.
Kembali pada ucapan kader PSI Dedy Nur Palakka yang menyatakan Jokowi menenuhi syarat sebagai Nabi, kita kembali tertawa tapi sambil mengurut dada. Kegilaan apa lagi yang sedang terjadi ?
Nabi palsu mungkin iya, sebagaimana Musailamah Al Kadzab atau Musailamah Sang Pendusta. Akankah Jokowi akan menjadi atau bergelar Jokowi Al Kadzab pula ?
Tapi kelas Nabi palsu nampaknya masih terlalu tinggi, Jokowi baru memenuhi syarat untuk Dukun palsu. Bukan begitu, Dedy Nur ?
Jangan-jangan kelak PSI Ketumnya mas Dedy adalah tokoh berijazah Nabi eh Dukun palsu itu.
Oke, selamat saja.