LAWAN GENG SOLO, PRABOWO BUTUH TEMAN EMAS 24 KARAT. BUKAN PENJILAT DAN PENGKHIANAT

Oleh : Edy Mulyadi, Wartawan Senior
Akhirnya Presiden Prabowo Subianto mulai menunjukkan tanda-tanda sadar diri. Kekuasaan tanpa teman sejati hanya melahirkan para penjilat, kesepian dan pengkhianatan.
Halal bihalal Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD) jadi momen penting. Di meja utama, hanya ada empat orang: Sultan HB X, Jenderal Tri Sutrisno, Menhan Sjafrie Samsudin, dan Prabowo sendiri. Para penjilat dan pengkhianat disingkirkan ke meja lain. Ini simbol. Prabowo mulai membedakan mana emas asli 24 karat. Mana emas sepuhan.
Selama enam bulan terakhir, Prabowo justru lebih banyak dikelilingi oleh emas palsu. Para penjilat, oportunis, dan jenderal pensiunan yang hanya memikirkan proyek dan posisi. Sementara tokoh-tokoh berintegritas justru dijauhkan, kalau tak mau disebut disingkirkan.
Padahal di luar sana banyak emas 24 karat. Mereka layak dimintai bantuan, jika Prabowo memang serius ingin menyelamatkan negeri.
Said Didu salah satunya. Selama dua tahun terakhir saya bergaul lumayan intens dengan dia. Orang ini berintegritas, jujur, berani. Agama Islamnya bagus. Baca Qurannya rajin dan kuat. Yang tak kalah penting, dia berani berkata TIDAK pada siapa pun. Bahkan pada orang yang dihormati atau dianggap “bos.” Itu kualitas langka. Sangat langka. Dia punya rekam jejak kuat: teknokrat, jujur, bersih, dan sangat tahu dapur kekuasaan. Jika Said Didu ditarik ke dalam, dia tidak akan menjilat, tapi justru jadi pengingat.
Tapi saya ragu, apakah Said mau. Karena saya tahu, dia bukan tipe pemburu kekuasaan. Kisah di balik sebutan Manusia Merdeka yang melekat padanya, jelas menerangkan siapa Said Didu sebenarnya. Sebagai clue saja, Said mengundurkan diri setelah lebih 30 tahun jadi pegawai negeri dan birokrat, karena dia ingin jadi Manusia Merdeka.
Penjaga Pintu Orang Berselingkuh
Saya juga tahu, ada tokoh keras, tajam, tak kenal kompromi. Sering menguliti Jokowi dan juga Prabowo. Orang ini bilang kepada saya. Dia ditawari jabatan. Tapi jawabnya: “Saya tidak mau jadi penjaga pintu orang yang berselingkuh.” Tegas. Artinya, dia baru mau bantu kalau Prabowo melepaskan diri sepenuhnya dari bayang-bayang Jokowi.
Ada juga Refly Harun, pakar hukum tata negara. Cerdas, tajam, berani. Tapi sejak awal dia menyatakan, dalam lima tahun ini tak akan mau ditawari jabatan apa pun. Seandainya saja Refly mau agak melunak, Prabowo bisa dapat amunisi penting memperkuat pasukannya.
Dan ada satu lagi: Syahganda Nainggolan. Pemikir tajam, aktivis ideologis. Bukan tipe penjilat. Di era Orba dan Reformasi, dia pernah keluar masuk penjara karena perjuangan melawan tirani. Kalau Prabowo berani melibatkan dia, itu pertanda Prabowo siap berubah. Siap dikelilingi emas murni 24 karat.
Tentu saja, di luar mereka masih lumayan banyak emas 24 karat lain. Prabowo tinggal memperkuat radar untuk menjaring mereka. Sedikitnya ada 17 posisi menteri eks Jokowi yang harus diisi. Selain itu ada puluhan komisaris dan direksi BUMN warisan Erick Tohir, juga Jokowi, yang harus disapu bersih.
Lalu, bagaimana sikap kita? Apakah kita diam saja melihat Prabowo dikelilingi emas palsu?
Kalau Prabowo memang serius ingin membersihkan negeri dari sisa-sisa rezim korup, kita tak boleh berpangku tangan. Kita harus bantu. Tapi bantuan kita bukan berupa tepuk tangan dan pujian. Bantuan kita adalah kritik keras, nasihat tajam, dan dorongan agar dia benar-benar jadi jatuh diri sesungguhnya.
Karena kalau dia gagal, bukan cuma Prabowo yang jatuh. Tapi bangsa ini yang kian hancur.
Jakarta, 8 Juni 2025