Seri Jebakan Islam Moderat bagian 2.4: ISLAM KAFFAH BUKAN ISLAM MODIFIKASI

Oleh : Edy Mulyadi (Wartawan Senior )
Jakarta, 12 Mei 2025
Musuh-musuh Islam tak henti-hentinya memerangi Islam dan umatnya. Salah satu jebakan paling licik dan bahaya yang terus digencarkan ke umat hari ini adalah Islam modifikasi. Namanya bisa macam-macam: Islam moderat, Islam toleran, Islam inklusif, Islam Nusantara, Islam progresif, dan semacamnya. Dulu sempat populer Islam Liberal dengan Jaringan Islam Liberal (JIL)-nya.
Apa pun nama dan bungkusnya, esensinya sama: Islam yang sudah dicampur-campur. Islam yang dipangkas sana-sini. Islam yang dikemas agar ramah terhadap sistem demokrasi, pluralisme, liberalisme, dan kapitalisme. Bahasa halusnya: Islam yang bisa kompromi dengan ideologi buatan manusia. Padahal ini bahaya luar biasa!
Bayangkan, Islam yang semestinya turun sebagai solusi seluruh kehidupan, malah dipaksa jadi sekadar agama privat. Urusannya cuma ke masjid, pernikahan, kematian, dan kuburan. Sementara urusan negara, hukum, ekonomi, politik, dibilang: “Itu bukan ranah agama.”
Allah sudah wanti-wanti sejak 14 abad lalu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةًۖ وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 208)
Perintahnya tegas: Islam kaffah! Masuk secara total, tidak boleh memilih-milih. Siapa saja yang menyimpang, yang pilih-pilih Islam yang cocok saja buat dirinya; Itu artinya sedang mengikuti langkah setan!
Setan Berlabel Penceramah
Setan? Ya, setan! Yang mengajak kompromi, yang membisikkan, “untuk apa bawa Islam ke politik?”, itu lidah setan! Yang mengajak supaya Islam diam saja waktu ada kezaliman ekonomi, itu langkah setan. Yang mempropagandakan Islam hanya urusan spiritual, itu setan berlabel dan kostum penceramah!
Coba perhatikan bagaimana realitanya hari ini. Data menyebutkan negara kita mayoritas Muslim. Tapi sistem yang diterapkan 100% bukan Islam.
Undang-undangnya produk akal manusia. Ekonominya kapitalis, penuh riba dan monopoli. Politiknya demokrasi, sistem yang membuat suara ulama sejajar sama suara koruptor. Hukumnya warisan kolonial. Sosial budayanya liberal. Bahkan LGBT sudah mulai merangsek atas nama HAM.
Lalu umat disuruh diam. Kalau menolak apalagi melakukan perlawanan, stempel radikal langsung disematkan. Jika stigma sudah dilekatkan tapi terus melawan, kriminalisasi adalah langkah berikutnya. Bukan mustahil berbagai ancaman dan intimidasi itu berakhir pada kematian.
Ketika Rasulullah SAW diutus ke tengah masyarakat Makkah, beliau tidak hanya mengajak manusia shalat dan berzikir. Nabi juga menantang sistem kufur Quraisy. Membongkar ketidakadilan, dan menawarkan sistem Islam sebagai pengganti. Makanya Rasulullah SAW dimusuhi, diboikot bahkan hendak dibunuh. Karena memang misi Islam itu menggantikan sistem batil, bukan berdamai dengannya!
Islam Itu Menyeluruh
Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya terhadap ayat “ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً” menulis:
“Yakni masuklah kalian ke dalam ketaatan kepada Allah, dan dalam seluruh syariatNya, serta janganlah kalian tinggalkan satu pun dari perintahNya dan laranganNya.”
Jadi, kalau ada orang Muslim yang menerima dalam ibadah tapi menolak hukum Islam dalam ekonomi dan politik, tapi itu bukan Islam kaffah. Itu Islam sisa-sisa, setengah-setengah. Allah tidak ridha kepada Islam yang setengah-setengah!
Imam Asy-Syathibi dalam Al-Muwafaqat juga menjelaskan bahwa syariat Islam itu diturunkan untuk menjaga lima hal: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Artinya, Islam bukan cuma urusan masjid, tapi mencakup seluruh aspek hidup manusia.
Nasib Umat karena Tolak Islam Kaffah
Ambil contoh negeri kita. Karena menolak Islam kaffah, rakyat hidup dalam lingkaran setan: Utang negara sudah tembus lebih dari Rp8.000 triliun. Tiap tahun membayar cicilan pokok dan bunga sekitar Rp1.000 triliun. Tapi utang bukannya berkurang. Yang ada justru terus bertambah.
Harga BBM naik terus. Rakyat diperas aneka pajak. Tapi pengusaha diguyur bermacam insentif dan kemudahan perpajakan. Lalu pejabatnya pamer gaya hidup mewah.
Hukum tebang pilih. Yang kritis bisa ditangkap. Tapi yang jelas-jelas merusak negara malah dilindungi. Orang jujur disingkirkan. Pembohong, penipu, dan penjilat dapat tempat terhormat.
Kenapa bisa begitu? Karena kita tidak mengambil Islam kaffah. Kita malah memungut demokrasi! Padahal demokrasi yang memberi panggung untuk para penjahat politik itu.
Bandingkan dengan sejarah Islam saat diterapkan secara kaffah oleh Khilafah ‘Utsmaniyah. Dalam catatan Will Durant dalam The Story of Civilization, saat itu umat Islam mampu memberikan keadilan dan kemakmuran. Islam di masa itu bahkan memberi kontribusi liar biasa pada bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Eropa dibuat ternganga!
Hukum Menolak Islam Kaffah
Menolak Islam secara kaffah adalah dosa besar. Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya Al Qurthubi, menyebutkan bahwa siapa pun yang menolak satu hukum saja dari hukum Allah dengan keyakinan bahwa hukum manusia lebih baik, maka ia telah keluar dari Islam. Telah murtad!
Ibnu Taimiyah menegaskan dalam Majmu’ Fatawa: “Barang siapa berpaling dari syariat yang dibawa Rasulullah dan berpindah kepada hukum selainnya, maka ia kafir.”
Jadi, jangan main-main dengan Islam kaffah. Ini bukan perdebatan akademik. Ini soal nasib akhirat!
Islam modifikasi itu jebakan! Siapa yang hanya mengambil Islam sebagian dan menolak sebagian lainnya, sejatinya dia sedang bermain-main dengan api neraka. Islam itu harus diambil secara total. Masuki semua. Tak ada tawar-menawar.
Maka dari itu, jangan pernah puas hanya jadi Muslim yang baik menurut versi pemerintah atau NGO, baik lokal maupun global. Jadilah Muslim yang baik menurut Allah dan Rasul-Nya. Jangan bangga jadi “Muslim moderat” yang dibina oleh RAND Corporation atau USAID. Banggalah jadi Muslim kaffah yang tunduk sepenuhnya kepada Allah!
Islam tidak butuh direformasi. Tapi manusialah yang harus diformat ulang agar kembali tunduk kepada Islam. Islam tidak butuh menyesuaikan diri dengan demokrasi. Demokrasi lah yang harus dibuang agar umat bisa kembali hidup dalam naungan syariat.
Islam kaffah adalah solusi. Islam modifikasi adalah racun!
(Bersambung ke Bagian 2.5: ISLAM SEBAGAI SOLUSI TOTAL, BUKAN TEMPELAN PARSIAL. In sya Allah).