Dunia Islam

Serial Tahajud, Bagian 6 (Habis)TAHAJUD: SUMBER ENERGI UNTUK PERUBAHAN DAN PERLAWANAN

Oleh : Edy Mulyadi, Wartawan Senior

Sepertiga malam adalah momen ketika dunia kehilangan suaranya. Hiruk-pikuk telah usai. Kegelapan membungkus bumi. Jalan-jalan sepi. Nyaris tidak ada lagi deru kendaraan. Tak ada gaduh televisi. Bahkan suara hati pun biasanya ikut terdiam. Tapi di saat itulah, ada jiwa-jiwa yang justru terbangun. Mereka bangkit. Mengambil wudhu. Berdiri. Mengangkat tangan. Menangis. Berbisik lirih pada Rabbnya. Mengadu. Memohon. Mencari kekuatan.

Di situlah letak rahasia besar tahajud. Ia bukan sekadar ibadah sunah. Ia bukan sekadar shalat malam yang diberi pahala berlipat. Tahajud adalah pusat energi spiritual. Ia adalah titik awal perubahan besar, baik dalam skala pribadi maupun dalam skala peradaban. Allah sendiri memerintahkannya kepada Nabi Muhammad SAW dalam salah satu fase paling genting perjuangan dakwah:

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ ۝ قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا

“Wahai orang yang berselimut! Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya).” (QS Al-Muzzammil: 73:1–2)

Perintah ini turun bukan di masa Madinah. Tapi di Makkah. Saat tekanan sedang hebat. Saat kezaliman sedang menggila. Dan Allah memilih untuk memulai proses perlawanan itu. Bukan dari medan laga. Tapi dari mihrab malam.

Para nabi dan pejuang kebenaran bukan cuma menjadikan tahajud pelengkap ibadah. Mereka menjadikannya sebagai fondasi perjuangan. Nabi Muhammad SAW bangun malam hingga kakinya bengkak. Para sahabat dan generasi salaf tidak pernah meninggalkan tahajud, meski dalam kondisi perang. Karena mereka tahu: kekuatan sejati tidak datang dari jumlah pasukan.Bukan dari kelengkapan senjata atau logistik. Tapi dari koneksi langsung dengan Langit.

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ ۖ عَسَىٰ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

“Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud sebagai ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS Al-Isra’: 17:79)

Ayat ini bukan hanya menjanjikan derajat tinggi bagi pribadi Nabi. Tapi menunjukkan bahwa maqam mahmud, derajat agung dan posisi kepemimpinan umat, lahir dari kebiasaan bangun malam.

Perubahan tidak lahir dari kemarahan yang kosong. Perlawanan tidak kuat jika hanya bersandar pada data dan orasi. Daya tahan dan arah gerakan hanya bisa kokoh jika ditopang oleh spiritualitas yang jernih. Dan spiritualitas itu mencapai puncaknya di sepertiga malam. Di situlah orang-orang luruh, bukan karena kalah. Tapi karena sadar bahwa kemenangan tidak bisa dibeli oleh ambisi. Kemenangan harus dibangun lewat kesabaran, kesungguhan, dan keikhlasan. Semua itu tidak bisa didapat dari buku teori. Ia tumbuh dalam tangisan tahajud.

Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah SAW bersabda:

“أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ”

“Salat yang paling utama setelah salat fardu adalah salat malam (tahajud).” (HR. Muslim no. 1163)

Lihat sejarah. Lihat para mujahid. Para reformis. Para penegak amar ma’ruf nahi munkar. Di balik keberanian mereka, ada malam-malam panjang yang sunyi tapi penuh air mata. Di balik konsistensi mereka menolak kezaliman, ada doa-doa panjang yang mereka panjatkan dalam kesunyian. Dan di balik keteguhan mereka berdiri melawan arus, ada spirit tahajud yang terus menyala di hati mereka.

Hari ini umat Islam menghadapi tekanan besar. Tanah dirampas. Hukum dipermainkan. Penguasa tunduk dan jadi pelayan oligarki. Suara rakyat dibungkam. Kebenaran diputarbalikkan.

Dalam situasi seperti ini, siapa pun yang memilih diam akan hanyut. Siapa pun yang bergerak tanpa fondasi spiritual akan mudah tumbang. Karena itu, kita butuh lebih dari sekadar aktivisme. Kita butuh kekuatan ruhani yang membakar dari dalam. Dan tahajud adalah sumber apinya.

Bangkitnya umat tak bisa dimulai cuma dari mimbar politik. Harus dimulai dari mihrab. Harus lahir dari tempat sujud. Revolusi sejati dimulai ketika seorang hamba bersimpuh di hadapan Rabbnya, menyerahkan segalanya. Lalu bangkit dengan tekad baru: mengubah diri, kemudian mengubah dunia.

Maka, tahajud bukan ruang eskapis. Ia bukan pelarian dari dunia nyata. Ia adalah posko utama perlawanan. Tempat penyusunan ulang niat. Tempat memperbarui janji. Tempat mengisi ulang iman dan keberanian. Di sana, pemimpin sejati dibentuk. Di sana, rakyat tertindas menemukan harapan. Di sana pula jalan keluar dibuka. Bukan karena kita kuat. Tapi karena Allah yang Mahakuat ridha menyertai.

Jakarta, 7 Juni 2025

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button