BOHONGLAH TERUS, KAU TERPOJOK JOKOWI
Oleh : M Rizal Fadillah ( Pemerhati Politik Dan Kebangsaan )
Bandung, 17 Juni 2025
Ahli propaganda NAZI Joseph Goebbels menyatakan bahwa propaganda keyakinan itu dengan narasi bohong. Sampaikan kebohongan berulang-ulang sehingga yang menyampaikannya juga kelak meyakini bahwa hal itu benar. Sulit membantah holocaust juga disebabkan oleh faktor proganda bohong berulang ini. Goebbels memang sukses.
Joko Widodo adalah pembohong besar. Ia tidak pandai berteori tetapi piawai dalam mengaplikasikan langsung. Proyek Esemka, tidak impor, memiliki dana 11 ribu di kantong, hingga antri investor di IKN adalah propaganda palsu. Termasuk ijazah dan skripsi yang diduga palsu terus dipropagandakan asli. Pengacara yang menakuti dengan chaos adalah bohong pula.
Belum ada bukti ijazah itu asli, tetapi berulang terus menyatakan ijazah dan skripsi Jokowi asli. Ia sendiri seperti meyakini omongannya. Apa yang dikatakan Goebbels ada benarnya dalam kasus ijazah ini. Propaganda asli untuk menutup kebohongan atau kepalsuan.
Palsu dengan palsu dipastikan identik. Lalu rakyat dibohongi berulang ba hwa identik itu bermakna asli. Sungguh tidak ilmiah, tapi mana ada bohong ilmiah, justru ilmu pengetahuan itu untuk melawan kebohongan dengan bukti-bukti yang benar. Kebohongan biasanya sembunyi-sembunyi, sedangkan kebenaran atau kejujuran itu terbuka, obyektif, dan siap uji dimana dan kapanpun.
Berbohonglah terus. Sebenarnya Jokowi sudah sangat terpojok. Sekurangnya empat hal yang membuat Jokowi terpojok, yaitu :
Pertama, Kasmudjo. Ini orang yang Jokowi akui awalnya sebagai pembimbing skripsi, ketika Kasmudjo menerangkan bahwa ia bukan pembimbing skripsi, dalih bergeser ke pembimbing akademik. Terakhir Kasmudjo menyangkal dirinya juga bukan pembimbing akademik. Jokowi tanpa ekspresi mengatakan pembimbingnya adalah Prof. Dr. Achmad Soemitro. Ia tak peduli nama dan tandatangan pembimbing di lembar pengesahan skripsi itu palsu.
Kedua, UGM. Banyak dokumen perkuliahan yang justru meragukan status kesarjanaan Jokowi. Program yang dipilih sarjana muda, nilai-nilai butut yang tidak mungkin selesai 5 tahun, jumlah SKS yang hanya 122 tak memadai untuk sarjana. Janji bohong kepada Dr Roy cs dan TPUA soal KKN dan lainnya, serta tak ada kolom dan tandatangan dosen penguji Jokowi.
UGM telah melengkapi diri bukan semata institusi akademik tetapi juga menjadi lembaga politik pragmatik.
Ketiga, Bareskrim Mabes Polri. Pengumuman Dirtipidum Bareskrim Mabes Polri 22 Mei 2025 seolah menyatakan ijazah Jokowi itu asli. Bohong jika Bareskrim memiliki kewenangan menentukan final bahwa dokumen itu asli atau tidak. “Identik” dengan ijazah tiga teman yang diduga sesama palsu memunculkan fakta “tidak identik” ijazah tiga teman lain yang asli Frono Jiwo, Hary Mulyono, dan Sri Murtiningsih. Pernyataan Bareskrim KKN tahun 1983 memojokkan Jokowi yang mengaku KKN awal tahun 1985.
Keempat, orang-orang PDIP. Aktivis senior Beathor Suryadi mengungkap atas keterangan Andi Widjojanto DPP PDIP yang pernah melihat ijazah itu. Dibuat di Jalan Pramuka Jakarta oleh Tim Solo untuk keperluan pencalonan Pilgub DKI. Ada nama Widodo, Inda, dan Deny Iskandar dalam proses pemalsuan di Pramuka Salemba. Komandan Tim Widodo kini hilang misterius, katanya.
Tidak benar proses Bareskrim sudah selesai dengan penghentian penyelidikan, lalu produk dapat digunakan untuk proses di Polda. Bohong jika diklaim berhenti, faktanya surat TPUA 26 Mei 2026 direspons dengan “akan ditindaklanjuti sesuai dengan perundang undangan yang berlaku” Demikian juga dengan penggunaan oleh Polda tidaklah bisa. Masing-masing berkategori berbeda.
Ketika yang menduga ijazah Jokowi palsu disebut bohong atau fitnah, sesungguhnya yang menyebut asli pun sama bohongnya. Bahkan berlipat kebohongannya. Sebab mereka sengaja menutupi kebenaran. Belum terbukti asli. Sedangkan penduga ijazah palsu justru berjuang untuk membongkar kebenaran dan membukanya agar rakyat dan bangsa Indonesia mengetahui bahwa ijazah dan skripsi
Jokowi itu palsu.
