Opini

PRABOWO MISKIN PERASAAN KERAKYATAN

Oleh : M Rizal Fadillah ( Pemerhati Politik Dan Kebangsaan

Bandung, 22 Juli 2025

Kedatangan Prabowo ke Solo untuk sowan kepada Joko Widodo membuat penilaian buruk atas sikap kepemimpinannya sebagai Presiden yang semestinya menjaga perasaan rakyat. Omong doang pidato demi rakyat demi rakyat. Datang bukan sekedar menengok orang sakit tetapi bagai pesakitan yang datang kepada tuannya. Tidak sadarkah Prabowo bahwa Joko Widodo itu sedang disorot rakyat terkait dosa-dosa politiknya yang menumpuk ?

Banyak rakyat termasuk aktivis yang masih menunggu sikap tegas Prabowo untuk memutus mata rantai dosa-dosa politik rezim Jokowi. Namun faktanya justru bukan sinyal konstruktif yang ditampilkan melainkan gestur ketidakberdayaan dari seorang Jenderal yang perlu dikasihani. Semakin tipis harapan untuk perubahan dan kemajuan. Prabowo memang bukan macan tetapi seperti bebek peliharaan. Sayang sekali.

Ke Solo sebelum acara PSI mampir untuk melaporkan kunjungan luar negerinya. Prabowo menyampaikan hal diplomasi dan komoditas strategis. Bagai seorang Menteri, Prabowo melapor ke Presiden atas pelaksanaan tugasnya. Nampak ia belum juga move on sebagai Presiden. Inilah yang dibaca publik betapa Jokowi itu masih Presiden untuk Prabowo.

Setelah mengecilkan kerja para pencari kebenaran soal ijazah Jokowi yang diduga palsu, lalu memuji kerja menteri, khususnya menteri-menteri titipan Jokowi, maka kini ia sowan ke rumah Jokowi di Sumber untuk melapor. Sejumlah menteri ikut menyertai kunjungan menghadap sang godfather tersebut.

Sebelumnya petinggi purnawirawan mendesak pemakzulan Gibran Rakabuming Raka dan berulang minta jumpa dengan Prabowo, akan tetapi tidak sedikitpun ia mau merespon bahkan melirik pun tidak. Soal PIK 2 yang menggerus kedaulatan negara juga tidak digubris. Aguan tetap dilindungi sebagaimana Jokowi melindungi. Prabowo itu memang follower eh Jokower bukan leader.

Ketika Gibran didesak untuk dimakzulkan, Jokowi menyatakan harus satu paket dalam memilih dan menurunkan. Tentu Jokowi salah sebab hukum mengatur dalam Pasal 7 A UUD 1945 dapat diturunkan masing-masing baik Presiden ataupun Wakil Presiden.

Ungkapan Jokowi tersebut tentu politis berfungsi sebagai tekanan bagi Prabowo agar tetap melindungi Gibran. Bak gajah yang digiring, Prabowo pun patuh.

Prabowo tidak peduli dengan aspirasi dan perasaan rakyat yang menghendaki pertanggungjawaban Jokowi atas segala kerusakan hukum, politik, budaya, sosial, ekonomi dan lainnya yang diderita bangsa dan negara Indonesia. Ia tetap abdi dalem dari sang Raja Jawa. Sowan periodik layaknya menjadi kewajiban moral dan ritualnya.

Orientasi, komitmen, dan perasaan kerakyatan Prabowo sebatas omon-omon. Ia lebih memilih untuk berorientasi, berkomitmen, dan lebih menjaga perasaan Jokowi.
Mungkin Jokowi benar juga, bahwa kini untuk urusan memakzulkan haruslah satu paket.

Saatnya rakyat bergerak untuk menekan lembaga-lembaga politik agar segera menjalankan operasi mulia penyelamatan bangsa dan negara dengan memakzulkan Prabowo dan Gibran. Satu paket.

Kedaulatan rakyat harus direbut dan dipulihkan.
Penjajahan harus segera dihapuskan. Jangan biarkan penjahat bebas untuk merampok dan menistakan.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button